Mohon tunggu...
Dwi Rahmadj Setya Budi
Dwi Rahmadj Setya Budi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Suara Rakyat, Suara Tuhan; Mengapa Gerakan Protes Sosial Sedunia Marak?

Jangan risih jika berbeda, tapi waspadalah jika semua terlihat sama.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resesi di Depan Mata, Ekonomi di Ujung Tanduk

3 Agustus 2020   16:18 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:36 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resesi ekonomi, Sumber: Kompas TV

Ramalan tentang jatuhnya ekonomi dunia 2020 telah banyak diramalkan sebelumnya. Tapi tak ada yang menyangka, pandemi Covid-19 menjadi faktor utama dan datang lebih awal. Semua terperanjat. Hampir bisa dikatakan, tidak ada negara di dunia saat ini yang benar-benar siap menghadang pandemi Covid-19 yang melumpuhkan berbagai sendi kehidupan.

Saat ini, paling tidak ada enam negara yang sudah jatuh ke dalam resesi. Mereka adalah AS, Jerman, Korea Selatan, Hong Kong, Singapura dan Perancis. Keenam negara ini jatuh ke jurang resesi dikarenakan dua kuartal pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi atau minus.

Krisis saat ini dinamai "Great Lockdown" oleh IMF. Sementara itu, Bank Dunia dalam outlook ekonomi global terbarunya "Global Economic Prospects" menyebut krisis saat ini adalah resesi terdalam sejak Perang Dunia II.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Dari prediksi IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka -0,3% di tahun 2020. Bahkan Bank Dunia dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias stagnan atau hanya 0%.

Ramalan resesi ini semakin mendekati kenyataan melihat realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi Covid-19. Hingga saat ini, realisasi hingga saat ini baru mencapai 19% atau Rp 136 triliun per 23 Juli. Adapun total anggaran program PEN sebesar Rp695,2 triliun.

Selain itu, menurut laporan Indonesia Economic Prospect edisi Juli 2020 yang berjudul The Long Road to Recovery, pembatasan-pemabatasan sosial yang masih tetap berlanjut, membuat resesi di Indonesia tak dapat dihindarkan.

Resesi The New Normal Era

Resesi di tengah situasi global saat ini, memang bukanlah hal yang tabu. Resesi seakan menjadi bagian dari kenormalan baru dan banyak negara yang mengalaminya. Namun hal ini tentunya tak bisa dianggap remeh dan sebelah mata. Harus ada langkah konkrtit dan nyata yang dilakukan pemerintah agar resesi tak berubah menjadi depresi ekonomi yang mengakibatkan krisis ekonomi yang jauh lebih berat.

Realisasi anggaran program PEN oleh pemerintah harus segera dilakukan. Hal ini demi menjaga agar dunia usaha tidak jatuh dalam kebangkrutan dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi. Selain itu, kunci terpenting dari semua itu adalah prioritas pemerintah yang tak boleh kendur membantu masyarakat terdampak dan mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19.

Artinya, program ketahanan ekonomi harus linear dengan kesehatan masyarakat di tengah pandemi. Percuma ekonomi digenjot jika pembatasan terus terjadi berjilid-jilid. Seperti logika yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), negara tak boleh gagal menidentifikasi mana api dan mana asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun