Mohon tunggu...
Dristi Aristaningtyas
Dristi Aristaningtyas Mohon Tunggu... Freelancer - 19

Alhamdulillah

Selanjutnya

Tutup

Money

Pentingnya Perusahaan Melakukan Analisis Kebangkrutan

3 Desember 2019   21:13 Diperbarui: 3 Desember 2019   21:19 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Menurut Syafrida Hani (2015, hal 141) kebangkrutan disebabkan oleh dua faktor, diantaranya adalah kondisi internal dan eksternal perusahaan. Kondisi internal perusahaan biasanya dipicu oleh kesalahan dalam penetapan kebijakan dan strategi, kurangnya pengendalian dan pengawasan kesalahan dalam penetapan kebijakan dan strategi, kurangnya pengendalian dan pengawasan kesalahan prediksi dan sebagainya. 

Sedangakan faktor eksternal perusahaan biasanya terjadi diluar kendali manajemen seperti tingginya tingkat persaingan industri, stabilitas ekonomi dan politik, kebijakan pemerintah, resesi dan krisis global, tingginya tingkat inflasi yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, dan kondisi lainnya yang tidak dapat diprediksi manajemen. (Novien Rialdy, 2018)

 Analisis kebangkrutan dilakukan untuk mengambil keputusan bagi kreditur siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang ada. 

Bagi investor saham atau obligasi analisis kebangkrutan dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut sehingga secepat mungkin dapat mengantisipasi kemungkinan kebangrutan. Manfaat bagi pihak pemerintah dengan dilakukannya analisis kebangkrutan adalah untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawasan pemerintah dan sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkrutnya suatu usaha.

Analisis kebangkrutan bisa didapat dari beberapa sumber yaitu aliran kas saat ini dan aliran kas untuk masa yang akan mendatang. Analisis terhadap aliran kas sekarang dan masa yang akan datang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan kas serta mengukur beban dan tingkat kesulitan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya. Sumber informasi ini perlu didukung didukung oleh informasi lain seperti strategi perusahaan, tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan, struktur biaya relatif terhadap pesaing, kualitas manajemen, kemampuan manajemen mengendalikan biaya. Sekanjutnta sumber informasi analisis kebangkrutan bisa diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan. Analisis kebangkrutan dengan menggunakan laporan keuangan peruhasahaan dapat dilakukan dengan menggunkan analisis univariate dan multi-variate.

Untuk memprediksi kebangkrutan bisa dilakukan beberapa yaitu analisis univariate dan multi-variate. Pendekatan tunggal (univariate) bisa digunkana untuk memprediksi kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak kesulitan keuangan. 

Terdapat empat variabel yang menunjukkan bahwa perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut bisa dilihat dari tingkat rate of return yaitu perusahaan bangkrut cenderung mempunyai tingkat rate of return yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bangkrut. 

Penggunaan hutang, perusahaan yang bangkrut cenderung memliki tingkat hutang yang lebih tinggi dibangkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Perlindungan terhadap biaya tetap, perusahaan yang mengalami kebangrutan cenderung mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil. 

Fluktuasi return saham. perusahaan yang mengalami kebangkrutan cenderung mempunyai rata-rata return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi. Analisis univariate memiliki kelemahan dengan adanya konflik antara variabel-variabel yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi masalah ini model multi-variate perlu dikembangkan. 

Altman (1968, 1983) menemukan bahwa ada kesamaan rasio keungan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan (Z-score).  Untuk menghitung Z-score terdapat dua kategori yaitu perusahaan go public dan perusahaan yang bukan go public. Untuk perusahaan go public Z-score bisa diperoleh dengan cara Zi=1,2X1+1,4X2+3,3X3+0,6X4+1,0X5, dimana X1= aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar dibagi dengan total aktiva, X2=laba ditahan dibagi dengan total aset, X4= nilai pasar saham biasa dan prefensi dibagi dengan total aset, X5=penjualan dibagi dengan total aset. Selanjutnya untuk perusahaan bukan go public Z-score bisa diperoleh dengan cara Zi= 0,717X1+0,847X2+3,107X3+0,42X4+0,998X5, dimana X1=aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar dibagi dengan total aktiva, X2=laba ditahan dibagi dengan total aset, X3=laba sebelum bungan dan pajak  dibagi dengan total aset, X4=ekuitas dibagi dengan nilai buku total hutang, X5= penjualan dibagi dengan total aset.

Setelah memperoleh Z-score dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Z<1,81 memiliki tingkat kebangkrutan yang tinggi, Z>2,99 memiliki tingkat kebangkrutan yang rendah. Jika Z-score yang diperoleh 1,81

by. Dristi Aristaningtyas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun