Mohon tunggu...
David.R.H
David.R.H Mohon Tunggu... Lainnya - Berbagi Ilmu dan Pengalaman Hidup

Menulis dikala senggang atau ketiban ide menarik untuk dibagikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengolah Gandum dari Kebun hingga Biji ala Mahasiswa

10 Desember 2018   01:51 Diperbarui: 10 Desember 2018   02:46 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi) Lahan Gandum FPB UKSW

(Dokumentasi Pribadi) Lahan Gandum FPB UKSW

Pada perkuliahan semester ini, saya mengambil mata kuliah tanaman pangan di Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).  Walaupun semester ini telah berakhir, namun pengalaman kami dalam mengolah gandum masih dibenak pikiran saya hingga saat ini. Maka dari itu, saya ingin membagikan pengalaman ini kepada kompasianer.

Dosen pengampuh mata kuliah (Djoko Murdono) memberikan kepercayaan masing-masing kelompok untuk mengolah gandum yang ada di Kebun Percobaan Salaran FPB UKSW. Lokasinya ada di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kelompok saya dipercayakan untuk mengolah gandum pada lahan seluas 23 x 4,3 m2. Tujuan diadakannya hal ini adalah agar kami para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengolah gandum hingga memperoleh bijinya (proses dari hulu hingga ke hilir).

(Dokumentasi Pribadi) Proses pemanenan gandum
(Dokumentasi Pribadi) Proses pemanenan gandum
(Dokumentasi Pribadi) Proses pemanenan gandum

Proses pemanenan gandum kami lakukan pada sore hari dengan menggunakan sabit. Hasil panen kemudian didiamkan selama kurang lebih seminggu agar gandum benar-benar kering sehingga mudah diolah untuk proses selanjutnya. Gandum diangin-anginkan dan tidak boleh ditumpuk agar tidak terjadi perontokan pada gandum yang ditumpuk paling bawah. Sesudah itu, proses selanjutnya dilanjutkan dengan perontokan malai gandum.

 Proses perontokan gandum ini dirontokkan secara manual dengan cara memukul gandum yang telah dimasukan kedalam karung dengan kayu. Pada proses inilah dibutuhkan tenaga yang lebih karena gandum yang dirontokkan lumayan banyak. Setelah itu, gandum masih akan dirontokkan dengan cara mengosok-gosokan gandum yang dimasukan kedalam nyiur atau penampi dengan sandal jepit. Perontokan dengan sandal bertujuan memisahkan malai gandum dari kulitnya.

                                                                (Dokumentasi Pribadi) Proses perontokan gandum dari malainya dengan sandal jepit
                                                                (Dokumentasi Pribadi) Proses perontokan gandum dari malainya dengan sandal jepit
                                                                (Dokumentasi Pribadi) Proses perontokan gandum dari malainya dengan sandal jepit

Setelah dilakukan perontokan, proses berikutnya adalah penampian dan pengayakan. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh biji gandum murni (terpisah dari biji yang kopong dan kotoran lainnya). Penampian dilakukan dengan menggunakan nyiur atau tampi sedangkan pengayakan menggunakan jaring-jaring kecil. Pada saat menampi, kami juga menggunakan bantuan kipas angin agar kotoran lain selain biji gandum akan benar-benar terpisah karena hembusan angin.

 Tahap perontokan hingga penampian kami lakukan pada sore menjelang malam hari karena pada hari tersebut kami memiliki waktu kuliah yang padat hingga sore hari. Kami membutuhkan waktu hingga 6 jam untuk melakukan proses perontokkan hingga mendapatkan biji gandum. Namun, jika kami menggunakan mesin perontok gandum akan memakan waktu yang lebih singkat karena pada mesin tersebut sudah sekaligus memisahkan gandum dari kotorannya.

03-5c0d63d012ae94155278ecf4.png
03-5c0d63d012ae94155278ecf4.png
(Dokumentasi Pribadi) Hasil gandum yang diperoleh

Hasil gandum murni yang diperoleh kemudian kami timbang menggunakan timbangan analitik dan didapati sebanyak 527,62 gram. Bila dilihat dari luas lahan yang ditanami gandum, hasilnya yang diperoleh tidak seimbang dengan lahan seluas 23 x 4,3 m2. Hal tersebut dikarenakan banyaknya serangan hama burung emprit yang tidak dapat dihindari dan memang tidak dilakukan penanganan atau pencegahan terhadap hama tersebut, sehingga banyak malai yang kosong pada saat dipanen. Selain itu, faktor penyebab lahan ini diserang oleh burung emprit adalah karena lokasi lahan ini berada paling atas dibanding lahan teman-teman kami yang lainnya. Kami melihat bahwa lahan yang berada paling bawah memiliki tampilan gandum yang masih bagus dan banyak isinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun