Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Klarifikasi UAS di MUI Menyejukan Umat. (Pemburu Konten Youtube Punya Jasa Besar)

21 Mei 2022   21:46 Diperbarui: 22 Mei 2022   12:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Perseteruan para pendeta dichannel youtube, menyuburkan lapangan pekerjaan para youtuber muda. Setiap hari selalu ada konten menarik yang ditunggu-tunggu penggemarnya. Begitu juga dengan kasus UYM atau ustad kondang yang bernama asli Kosman. Setiap harinya selalu ada konten youtube yang ditunggu-tunggu. 

Walau media kini tersita oleh berita  hadirnya UAS di MUI, tidak mengurangi kesibukan para kreator konten youtube menyanggah konten Pendeta Saefuddin Ibrahim. Yang ramai itu justru sanggahan terhadap isi materi sang pendeta. Tampak  lebih bergairah  jadi  bahan lelucon yang menghibur. Konten sanggahan ternyata paling laris dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Walaupun berita polemik berbagai  pemuka agama sangat merepotkan para pendidik di sekolah. Karena para panutan yang di agung-agungkan  di media sosial itu kini aibnya terbuka. Kondisi ini mempersulit para pendidik  saat dihadapkan pada pertanyaan. Untungnya masih banyak para pemuka agama yang taat pada ajaran kitab sucinya. Kita patut bangga dengan pemuka agama yang nasionalis tanpa pamrih.

Pemuka agama yang saling menghormati itu tampak lebih bijak sesuai ajaran rosul sejak lahirnya Adam dan Hawa.Patut disyukuri, kini para pemuka agama yang tidak muncul di media,  justru mulai terlihat menunjukan jati diri yang arif. Mereka lebih sesuai dengan isi kitab suci yang diyakini dan diamalkan para nabi dan rosul.  Kini umat lintas agama mulai mencari panutan,  yang sesungguhnya ada disekitar mereka. Selama ini media masa terlalu mudah memviralkan seseorang, hingga menyisihkan orang baik yang layak jadi panutan.  Mediapun mudah pula menenggelamkannya.

Sesungguhnya peristiwa di atas ini, banyak nilai positifnya. Membuka tirai yang selama ini menyelimuti. Keadaan saat ini, jadi benderang. Umat pengikut ajaran  apapun jadi bisa memilah-milah panutannya yang sesuai ajaran yang menyejukan. Sejak saat itu tensi dakwah jadi bergairah  dalam arti masyarakat mulai selektif memilih panutan. Untuk hal itu, kini nyata  tampak jelas bedanya. Selama ini  sulit membedakan model individu  penista agama, dengan model penterjemah isi kitab. Mengusulkan penghapusan 300 ayat suci agama orang lain adalah penistaan. Tapi membaca terjemahan kitab itu adalah kajian. Kadang penyampaiannya harus melihat tempat. Terutama pengguna medsos harus dikendalikan juga. Urusan di ruang tertutup jangan di unggah walau benar sesuai isi kitab.

Mengenai deportasi UAS dari Singapura. Bagi lawan yang bersebrangan merupakan peluang untuk berpesta.  Melalui channel YouTube pribadi terduga penista agama Pendeta Saefuddin Ibrahim memberikan pernyataan mengejutkan. Dalam channel YouTube itu, dirinyalah  yang memerintahkan Singapura untuk mendeportasi. Tapi pernyataan itu, tidak membuat orang percaya.

Mungkin jika dihubungkan dengan pernyataan UAS, tampak ada benang merah. Menyangkut peristiwa di Timor Leste, konon merupakan pesanan dari Jakarta. Ini adalah peluang untuk menyamarkan isyu. Jika  informasi ini akurat, pesanan  deportasi datang 1 jam sebelumnya dari Jakarta. Perlu dilacak,  begitu lengketkah pihak imigrasi dengan sebuah jaringan diluar pemerintahan yang resmi ?  Sehingga Saefuddin Ibrahim begitu lantang bicara seperti itu, karena ada peluang. Tapi masa iya buronan bisa memerintahkan negara Singapura?   Merengek meminta orang yang ada di dalam pemerintahan yang punya akses, bisa masuk akal, tapi beresiko.

Khikmah dari peristiwa ini, sesungguhnya menguntungkan UAS. Mengulang sukses dialog dengan bung Hotman Paris Hutapea sang pengacara kondang yang sempat berhasil meredakan suasana sebelum peristiwa ini. Kehadiran para tokoh nasionalis seperti bung Hotman tampaknya sangat dibutuhkan. Mengapa kembali meruncing ?

Kembali memuncak itu,  karena dipicu oleh kelakuan M.Kace yang harus mendekam 10 tahun di penjara. Padahal dana bantuan untuk biaya meringankan kasus  begitu derasnya dari para donatur.  Bankan dana bantuan operasional itu, jadi bahan rebutan para pengelola. Seperti terungkap di beberapa channel YouTube. Tapi apa hasilnya ? Berita di
CNN Indonesia, menjelaskan bahwa terdakwa kasus dugaan penistaan agama M. Kosman alias M. Kace divonis 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Ciamis, Jawa Barat, Rabu (6/4).

Hal ini dianggap tidak adil oleh sebagian masyarakat. Oknum yang membuat gaduh  mengkait-kaitkan dengan "kalimat" jawaban UAS saat mengisi ceramah rutin, tentang  kafir dan Jin. Karena ditanya  tentang masalah "patung" sehingga ada umat yang tersinggung. Dan M. Kace /Kosman menggiring opini seolah dia mengklarifikasi atau melawan isi ceramah UAS dalam kultum Subuh tersebut. 

Dalam setiap video di YouTube milik Kosman/Kace, hingga saat ini belum  ada yang menemukan bantahan  tentang isi dari  ceramah UAS yang disandingkan dengan klarifikasinya.  Seperti layaknya orang mengklarifikasi atau membantah suatu pernyataan lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun