Sore ini saya sedang menikmati udara sembribit dari angin pantai Candidasa, Karangasem, Bali. Deburan suara ombak memang lebih kencang dari hari hari biasa, karena memang dalam beberapa hari ini badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah meramalkan cuaca laut dengan ombak tinggi akan terjadi di beberapa kawasan pantai di Indonesia, termasuk di Bali.
 Kapal kecil nelayan yang melaut hanya terlihat satu-dua sejak siang tadi, mungkin mereka sadar akan resiko melaut dalam cuaca seperti saat ini. Sedangkan lalu lintas kapal ferry penyeberangan dari Bali menuju Lombok melalui pelabuhan Padangbai tetap hilir mudik sebagaimana biasanya. Beberapa kapal tanker pengangkut bahan bakar terlihat sedang menunggu saat berlabuh dan membongkar muatannya di depo Pertamina Manggis, yang menjadi pintu utama suplai bahan bakar untuk pulau Bali.
Sementara itu, suasana pantai terlihat bersih, beberapa wisatawan manca negara (wisman) tampak menikmati pemandangan pantai sambil berjalan dibebatuan dan pasir disepanjang pantai Candidasa. Sesaat pandangan saya tertuju pada empat orang remaja berseragam merah sedang berjalan beriringan di pantai  mengumpulkan sampah yang berserakan.Â
Pemandangan itu mengingatkan saya pada video lautan sampah plastik yang sempat viral di media ekektronik dan media sosial awal tahun 2018. Dan video itu pula yang di ingat oleh seorang sahabat yang bertemu dalam penugasan di kota Maiduguri, Nigeria bulan Juni lalu. Image tentang pantai yang kotor, penuh sampah plastik rupanya tetap melekat pada ingatan beberapa sahabat asing ketika membahas keindahan pantai di Bali.
Saya sendiri sempat meluruskan informasi tersebut, karena sedikit paham bahwa pada bulan bulan tertentu, beberapa kawasan laut dan pantai di Bali akan dipenuhi sampah, termasuk sampah plastik. Jika anda tidak percaya, datanglah ke pantai Kuta kapan saja dan carilah papan informasi di pantai. Anda akan menemukan permakluman atas hadirnya sampah sampah yang turut meramaikan pantai Kuta pada bulan bulan tertentu.
Melihat banyaknya sampah plastik di pantai memang menjengkelkan. Entah sengaja dibuang oleh para pengunjung atau terbawa arus dari tengah laut menuju bibir pantai. Â Mungkin saja sampah sampah itu hasil pekerjaan beberapa penumpang kapal ferry Bali-Lombok yang perilakunya "maaf" tidak berbudaya, menganggap lautan adalah tempat sampah yang paling luas dan membuang satu sampah tak akan ada pengaruhnya.
 Mungkin demikian anggapan para pembuang sampah dilaut. Namun jika kebanyakan penumpang kapal ferry yang tiap hari hilir mudik selama 24 jam membuang sampah seenaknya dilaut, bisa diperkirakan berapa banyak sampah yang terapung dan mengotori lautan dan pantai di Bali.
 Bila semua orang, termasuk setiap pengunjung tempat wisata memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan, barangkali video "lautan sampah plastik" itu tidak pernah ada. Bukankah menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab semua orang, bukan hanya tanggung jawab Merta, Arik dan kawan kawan yang terus rajin datang di pantai Candidasa se usai kerja dan membersihkan sampah yang terus saja ada setiap hari.