Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trenyuh

9 Maret 2018   21:21 Diperbarui: 9 Maret 2018   21:26 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perasaanku selalu trenyuh setiap melihat pekerja seni jalanan yang masih muda, seusia anak anaku. Empati sekaligus menghargai setiap perjuangan mereka, entah apapum latar belakang mereka, idealisme mereka, atau harapan mereka tentang hidup ini dan masa depan mereka. Yang pasti aku selalu menghargai setiap kerja keras dan usaha nyata mereka yang mungkin hanya cukup untuk makan hari itu. 

Seperti malam ini ketika aku sedang menikmati jajanan sederhana di angkringan dan munculah seorang pemuda cukup rapi membawa gitar dan mulai melantunkan beberapa lagu pop. Suaranya cukup bagus, pun iringan permainan gitarnya yang menunjukan bahwa ia serius menyiapkan dan menampilkanya dihadapan orang orang yang sibuk berbicara atau memainkan gawainya masing masing tanpa memperhatikan permainan musik dan lagunya. Sementara musik dari sound system milik warung angkringanpun tetap mengalun sama kerasnya dengan nyanyian pengamen muda ini.

Selalu saja bayanganku kembali ke anak anaku, mereka juga sedang berjuang untuk menata diri dan menyiapkan masa depan mereka sambil bekerja. Anak lakiku kuliah sambil menjadi barista disebuah cafe yang dikelola bersama teman temanya. Sedangkan adiknya lebih memilih sibuk mengerjakan orderan terjemahan yang ia dapat. Ya mereka sedang belajar hidup selain belajar di bangku kuliah. Mereka tidak suka menghabiskan waktu dengan ubyang-ubyung sekedar menghabiskan jatah uang dari orang tuanya. Tapi mencoba merasakan susahnya mencari uang.

Bayanganku selalu tertuju kepada anak lakiku ketika ia harus melayani pengunjung cafenya satu persatu. Menanyakan menu yang dipesan dan menyajikannya. Bayangan itu seprerti kenyataan yang barusaja lewat ketika si pengamen muda menyodorkan gelas plastik untuk menampung pemberian sesukanya dari pengunjung angkringan malam ini. Dan akupun sedikit dalam merogoh dompetku, kulipat sedikit dan kumasukan kedalam gelas plastik ketika ia menyodorkannya kepadaku.

Selamat berjuang anak muda. Teruslah belajar hidup dan berjuanglah dengan gigih. Semesta besertamu.

AngkringanCangkir83182155

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun