Mohon tunggu...
Dr drHisnindarsyah
Dr drHisnindarsyah Mohon Tunggu... Dokter - Kolonel Laut (K) Dr.dr Hisnindarsyah,S.E.,M.Kes.,M.H adalah Dokter Militer dan pendiri Yayasan Bangun Sehat Indonesiaku (YBSI) aktif dikegiatan agama, sosial, ekonomi dan budaya. Kegiatannya dituangkan dalam tulisan tulisan di blog ini

Kolonel Laut (K) Dr. dr. Hisnindarsyah,SE., M.Kes., MH., CFEM, adalah seorang Dokter Militer dan pendiri Yayasan Bangun Sehat Indonesiaku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Kyai Becak Gempa Yogya

6 April 2021   15:01 Diperbarui: 6 April 2021   15:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sabtu dini hari 27 Mei 2006, waktu menunjukkan 05.55.03. Bumi berderak, Tanah Bantul pun berguncang. Gempa tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter menghantam dan menghancurkan segala yang ada di bumi Kraton Yogyakarta. Pesisir Pantai Selatan, utamanya Bantul, menjadi salah satu kota terparah. Selain juga Kota Yogyakarta, Kraton Nusantara.

 "Abi, gempa bumi di Yogya, parah keadaannya. Apa kita turunkan relawan YBSI di sana?" kata Istriku, Virly Mavitasari , seraya gelisah. 

Aku pun terdiam. Ini tugas dan tantangan yang berat. Menurunkan tim YBSI untuk daerah Surabaya dan Jawa Timur itu sudah biasa. Rutin bagiku bersama relawan medis YBSI untuk berkeliling kampung. Di sekitarSurabaya, Gresik dan Sidoarjo. Melaksanakan kegiatan baksos kesehatan dan edukasi hidup sehat. Untuk masyarakat "grass root", akar rumput. 

Kami terbiasa berkumpul dengan pemulung, tukang sampah, tukang becak, pedagang asongan di Keputih. Sekedar bertanya tentang keadaan kesehatan mereka. Dan berbagi pengobatan, semampunya. Jika ada yang ingin bergabung. Alhamdulillah. Tidak adapun, kami tetap jalan. Meski dengan kemampuan "apa adanya saja". 

Aku sadar, mengajak untuk berbagi tidaklah mudah. Malah seringnya jadi potensi timbulnya kesalahpahaman dan suudzhon( prasangka buruk) . Wajar saja jika ada yang menganggap kegiatan YBSI sarat kepentingan. 

Tapi aku dan keluargaku tak menghiraukan. Kami tetap terus berjalan. Dan saat gempa Bantul, Yogya, terjadi, kami baru memasuki tahun keempat dalam memutar roda gerak YBSI. Masih muda, semuda usia pernikahan kami. 

Tapi membawa tim YBSI keluar wilayah Jatim, sejujurnya kami belum pernah. Karena itu tentunya membutuhkan "amunisi" yang tidak sedikit. Transportasi, operasional, dan obat-obatan, tentu butuh biaya cukup besar. Sedangkan, menurut pertimbanganku sendiri, aku belum mampu untuk bergerak membawa Tim YBSI keluar wilayah Surabaya dan Jawa Timur.

" Aku pikir dulu ya ami, kita tidak mungkin sendirian, kita harus punya mitra, jika akan menggerakkan tim kita. Lalu siapa mitra kita? ". Istrikupun terdiam. 

Mataku menerawang. Terlalu lama aku melamun, sehingga nyaris terlambat untuk bertugas jaga di Kamar operasi IRD. Dalam galau dan gelisah, aku pun berangkat.

Seminggu berlalu..

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun