Harian Kompas.com (4/4/23) menggambarkan situasi terkina tentang pengobatan alternatif ala Ida Dayak. Terlansir bahwa banyak orang yang datang ke kediaman Ida Dayak di Depok mendapatkan pengobatan alternatif sejak subuh. Bahkan, ada yang datang dari luar kota Depok, Jawa Barat.Â
Akan tetapi, karena begitu banyak orang yang datang, kondisi menjadi tak kondusif. Akibatnya, pihak keamanan harus membubarkan massa yang datang untuk mendapatkan perawatan dari Ida Dayak.Â
Pengobatan alternatif bukanlah wajah baru dari kehidupan sosial kita. Sudah menjadi praktik yang terjadi di pelbagai tempat. Cara pengobatan itu pun menjadi instrumen yang masih dipilih, dan bahkan lebih dipilih daripada pengobatan medis di rumah sakit atau juga kunjungan ke dokter medis.Â
Tentu saja, pelbagai hal yang melatari dari fenomena itu. Paling pertama, hemat saya, adalah latar belakang sosial dan budaya kita yang masih melekat dengan praktik-praktik penyembuhan tradisional. Kita kerap menganggap bahwa pengobatan tradisional lebih manjur dibandingkan pengobatan lainnya.Â
Terbukti dengan banyak orang yang mendatangi kediaman Ida Dayak. Mereka datang bukan saja karena mendengarkan cerita dari mulut ke mulut, tetapi karena mungkin menyaksikan hasil dari penyembuhan alternatif tersebut.
Banyak orang yang memilih pengobatan alternatif karena anggapan dan kesaksian dari kemanjuran cara pengobatan tersebut. Â
Dua, pengobatan alternatif terkenal murah. Gampang dijangkau oleh masyarakat.Â
Entah apa yang diberikan pengunjung kepada Ida Dayak kala pasiennya datang berobat, pastinya bukan faktor kesembuhan semata yang dicari, tetapi juga latar belakang keterjangkauannya secara ekonomi.Â
Secara umum, pasien yang datang ke pengobatan alternatif tak begitu dituntut untuk memberikan banyak uang. Bahka, ada yang meminta untuk tak membawa apa pun. Â
Di salah satu kampung di sini tempat saya bertugas Filipina, ada seorang yang pandai memberikan penyembuhan alternatif. Keahliannya untuk pasien yang digigit binatang, seperti anjing, ular, dan lain sebagainya.Â