Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kurang Yakin Saat Ada Orang Indonesia yang Berkulit Putih

1 Oktober 2020   08:56 Diperbarui: 1 Oktober 2020   08:58 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.harpersbazaar.co.id

 

Dua Cara Bongkar Sikap Rasis

Pertama, membongkar pikiran rasis dengan belajar banyak daerah-daerah lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tidak perlu kita terpaku pada budaya dan wilayah kita sendiri. Juga, tidak hanya melihat wilayah lain dari atas permukaan.

Kita perlu keluar dari tempat nyaman kita dan mencari pelbagai pengetahuan yang memberikan informasi tentang orang-orang yang berada di luar diri kita.

Sebelum saya datang ke Filipina, saya berpikir bahwa setiap orang Filipina itu putih. Padahal, itu hanyalah pikiran sempit saya. Bahkan ada orang yang berkulit hitam dan berciri fisik seperti orang-orang NTT.

Melihat kenyataan ini saya begitu kaget. Padahal, saya terpenjara pada pikiran yang sempit. Karena ini, saya menilai orang dan tempat dari level permukaan dan pengetahuan yang terbatas.

Sikpa rasis bisa dilawan kalau kita berupaya untuk belajar budaya dan wilayah berbeda. Kita berani memasuki wilayah dan kebudayaan berbeda. Dengan itu, pikiran dan pandangan kita bisa terbuka.

Kedua, agar mengatasi sikap rasis, kita seyogianya tidak melihat setiap pola pikir dari sisi diri kita sendiri. Kadang kala kita terjebak dan terkotakan pada kriteria yang kita miliki sampai melupakan situasi di luar kriteria kita.

Misalnya, kalau berkulit putih berarti menarik. Padahal, tidak semua orang berkulit putih menarik. Kenyataannya, ada orang yang tidak melihat berkulit putih menarik. Mereka malah lebih memilih yang berkulit sawo matang, coklat, dan berkulit hitam sebagai pasangan hidup.

Pembongkaran pikiran rasis perlu mulai dari keluarga. Orangtua mengarahkan anak-anak menerima diri mereka apa adanya. Begitu pun, menuntun anak-anak untuk menghormati orang sebagaimana diri mereka.

Pola pendidikan ini dilanjutkan di level sekolah. Tidak boleh melihat teman dan guru dari penampilan luar dan latar belakang mereka. Namun, menghormati setiap pribadi sebagaimana adanya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun