Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mentalitas Internet, Cara Kerja Cepat tetapi Belum Tentu Benar

6 Februari 2020   08:38 Diperbarui: 7 Februari 2020   16:05 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mesin pencari (Sumber: techradar.com)

Barangkali kita adalah salah satu dari sekian banyak orang yang cenderung menggunakan internet, seperti Google untuk mencari informasi tertentu. Namun, tanpa disadari kecenderungan menyebabkan kita terjerembab ke dalam "mentalitas Internet."

Saya masih ingat di sebuah forum desa, guna mencari sebuah informasi tertentu, pembicara forum itu meminta peserta yang hadir untuk meng-googling informasi tersebut.

Setelah ditelusuri di internet lewat Google, akhirnya pun semua orang pun tahu tentang informasi tersebut. Meski pada akhirnya informasi bisa didapatkan dengan cara yang cepat, kita pun musti aware akan kebenaran dari setiap informasi yang ada.

Bisa jadi, satu informasi memberikan fakta yang berbeda-beda. Pada titik inilah, kita perlu mengevaluasi mentalitas kita dalam menggunakan internet.

Tidak ada salahnya menggunakan internet. Hal yang terpenting adalah sikap kita dalam pemakaiannya. Tentunya, dengan kemudahan dan banyak informasi yang hadir, kita juga musti memiliki tameng agar tidak dibelenggu dan termakan oleh informasi yang salah seperti informasi hoaks.

Tameng itu bisa berupa nalar yang kritis dalam menanggapi setiap informasi yang ada di internet. Seperti halnya Google, mesin pencari ini telah menjadi kompas bagi kita dalam mencari informasi tertentu.

Dengan mesin pencari tersebut, jika kita mau mencari informasi seputar virus Corona, kita tinggal memasukkan kata-kata kunci ke dalam kolom pencarian Google.

Kalau internetnya cepat, hanya beberapa detik pun kita sudah bisa mendapatkan ratusan bahkan ribuan ulasan tentang virus Corona. 

Namun dari kemudahan mendapatkan sekian informasi tersebut, tidak menutup kemungkinan ada ulasan yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan dan data-data ilmiah. Pada situasi seperti inilah, kita akan berhadapan dengan persoalan tertentu.

Kalau tidak dibekali dengan pengetahuan tertentu, boleh jadi informasi yang salah itu ditelan bulat-bulat dan bahkan kemudian disebarluaskan ke pihak-pihak lain. Dengan ini, secara tidak langsung kita berpartisipasi dalam penyebaran informasi hoaks.

Saya jadi teringat kisah seorang siswa meminta uang ke orangtuanya untuk membeli data pulsa internet. Data pulsa dipakai untuk melakukan penelitian lewat internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun