Ujung-ujungnya, Mou dipecat di bulan Desember 2018. Setelah kosong dari kursi pelatih selama beberapa bulan, Mou kemudian dikontrak oleh klub Liga Inggris lainnya.
Tottenham Hotspur menjadi tempat bagi Mou untuk menunjukkan identitasnya sebagai "the Special One."
Meski demikian, tidak sedikit orang yang mempertanyakan titel " the Special One" yang tersemat pada diri Mourinho apabila melihat penampilan Mou sejauh ini. Kalau referensi "the Special One" pada titel-titel yang diraih pada beberpa tahun silam, Mou masih pantas disebut sebagai "the Special One." Kalau merujuk pada penampilannya bersama MU dan Tottenham, titel itu patut dipertanyakan.
Apakah Mou masih bisa dikatakan sebagai "the Special One"?
Melihat kegemilangan Jurgen Klopp bersama Liverpool, tidak sedikit orang yang menyatakan kalau Klopp pantas menyandang titel "the Special One."
Sejak bergabung dengan Liverpool, Klopp sudah mengubah wajah Liverpool menjadi salah satu tim hebat di Liga Inggris dan di Eropa. Musim ini, Liverpool seolah berlari sendiri di Liga Inggris. Mereka masih melajut di dua kompetesi, Piala FA dan Liga Champions. Ini artinya kans untuk meraih treble terbuka untuk Moh. Salah dan kawan-kawan.
Meski demikian, Jurgen Klopp menolak penilaian kalau dia adalah seorang "the Special One" (Daily Mirror 11/1/20).
Lebih jauh, Jurgen Klopp lebih tertarik kalau dia dipanggil sebagai "the Normal One," daripada disebut sebagai "the Special One."
Penilaian "the Special One" terhadap Jurgen Klopp sangat beralasan. Tiga gelar yang dicapai oleh Klopp dalam waktu setahun 2019 merupakan salah satu alasan itu.
Selain itu, kalau Liverpool mengakhiri puasa 30 tahun meraih gelar Liga Inggris, Klopp akan dinilai berbeda dari saat dia tiba pertama kali di Liverpool. Keberbedaan ini itu pun membenarkan penilaian Klopp sebagai "the Special One."
Meski demikian, Klopp tetap menyatakan kalau Mourinho adalah "the Special One." Sementara dirinya adalah seorang pria yang mempunyai rutinitas yang normal di rumahnya.