Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Keluarga yang Bebas Kekerasan

1 September 2019   09:51 Diperbarui: 1 September 2019   09:57 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa Minggu terakhir ini, kita disuguhkan beberapa berita miris yang terjadi dari kehidupan berkeluarga. Sebut saja, peristiwa trending yang diberitakan di beberapa media tentang sang istri yang menjadi dalang utama pembunuhan atas suami dan anaknya.  Sang istri membayar empat pembunuh bayaran guna menghabisi sang suami dan anaknya.


Peristiwa lain juga terjadi saat seorang istri yang nekat membakar sang suami yang sedang duduk di ayunan di bawah rumah panggung (Kompas.com 28/8/19). Pertanyaannya, mengapa peristiwa miris itu terjadi di dalam kehidupan berkeluarga?

Sejatinya, keluarga adalah ladang pertama pembentukan karakter individu. Pembentukan karakter ini bermula dari hubungan suami-istri. Tentunya, hubungan ini mensyaratkan cinta di antara keduanya. Kalau tanpa cinta, hubungan ini  gampang diceraikan dan dipisahkan. Ini juga menjadi konsep agama yang kita pahami secara umum.

Kekerasan yang terjadi di dalam keluarga bisa juga disebabkan oleh pelbagai macam faktor. Sejauh kita membaca kasus-kasus yang diekspos, kita melihat kalau faktor materi menjadi salah satu sebab kekerasan itu terjadi. Lantas, bagaimana kita menangkal kekerasan itu?

Bertolak dari sebab-sebab yang terjadi, kita bisa mengurai beberapa penangkal dari kekerasan itu. Lewat tulisan ini, saya mau menawarkan dua penangkal untuk menjauhkan kekerasan dari kehidupan berkeluarga.

Pertama, keluarga mesti selalu belajar hidup sederhana. Sederhana itu bisa dipahami sebagai hidup apa adanya dan hidup seturut kemampuan finansial keluarga. 

Kita tidak boleh memaksa keinginan kita melampaui kemampuan keluarga kita. Seperti misal, kita tidak boleh memaksa biaya konsumsi melebihi pendapatan keluarga.

Kedua, kuatkanlah hidup agama keluarga kita. Hidup agama tidak ditentukan bagaimana kita menilai orang lain dan membandingkannya dengan hidup agama kita. Sebagai sebuah keluarga, kita mesti membangun hidup agama yang benar. 

Kita pertama-tama melihat ke dalam keluarga kita dan menilai kehidupan agama keluarga kita. Ini bertujuan agar kita bisa memahami dengan baik tentang keluarga kita. 

Pemahaman itu berupa kemampuan kita menerima kelemahan dan kekurangan di dalam keluarga kita. Jadi, kita hidup beragama agar keluarga kita semakin dekat pada kehendak sang Kuasa dan kemudian keluarga kita berjalan seturut kehendak-Nya.

Sebagai sebuah bangsa yang beradab dan berketuhanan, tentunya kita ingin agar keluarga-keluarga bisa bebas dari kekerasan. Kita bebas dari kekerasan saat kita berani menerima apa adanya keluarga kita dan menghidupi keagamaan yang benar dalam relasi sosial.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun