Mohon tunggu...
Dona🍀
Dona🍀 Mohon Tunggu... Insinyur - a lifetime student ^^

a woman, book lover, traveller (wannabe). Trying to live like a lily, which can grow and bloom even in a plain. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Terorisme, Ya Aku Takut dan Aku Lebih Waspada

14 Mei 2018   13:07 Diperbarui: 14 Mei 2018   19:49 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: banggaberubah.com)

Sejak kemarin minggu pagi, 13 Mei 2018, semua sosial media dan saluran tv yang aku lihat membahas kejadian bom di Surabaya. Efek yang ditimbulkan ke masyarakat banyak sekali dan beragam. Respon masyarakatpun macam-macam. Tagar kami tidak takut jadi trending topik. Buat diri saya sendiri, aku takut. Keluargaku takut. Kami semua takut. Takut karena teroris yang melakukan aksi ini sangat nekat, sangat tidak punya hati nurani. Ada ketakutan kalau mereka (sel-sel teroris) yang selama ini tidur (dormant) menggelar aksi di daerah sekitarku. Mereka sendiri sepertinya sudah punya target tertentu, gereja dan polisi. Saya takut ketika berada di keramaian, ada kejadian serupa yang mereka lakukan disini. Karena sepertinya mereka lagi berkoba-kobar semangatnya setelah insiden mako brimob.

Kakakku yang jauh dari Papua bahkan berkali-kali menelpon mengingatkanku untuk tidak keluar dari rumah. Aku yang biasa misa pagi di gereja disarankan jangan dulu ikutin misa, berjaga-jaga. Sedih banget ya, sakit hati, sangat. Aku yang sejak tau kabar ini dan menonton berita di tv menangis tersedu-sedu di kamarku, hak paling dasarku sebagai manusia, yakni beribadah ke Tuhanku, diganggu oleh para teroris. Aku juga langsung menghubungi adikku yang di asrama di Depok juga lebih berhati-hati.

Jadi kalau ada tagar kami tidak takut, aku lebih memilih mengatakan aku takut, dan aku harus lebih waspada, tapi aku tidak akan kalah dengan ketakutanku ini. Aku akan ambil pelajaran dari kejadian ini. Aku tidak membenci siapapun dan agama apapun.

Sampai saat ini, siang ini, aku masih berpikir apa alasan para teroris itu begitu tega melakukan hal ini, mereka mengorbankan anak-anak mereka. Mereka mencari surga? Surga yang mana? Tuhan sendiri melarang kita membunuh orang lain, dosa besar. Ajaran yang mana yang mereka follow untuk mengorbankan anak-anaknya.

Tuhan sendiri pernah meminta Bapa Abraham mengorbankan anakknya, tapi itu hanya test kesungguhan hati Abraham kepada Tuhan. In my opinion, Tuhan sendiri saja tidak tega melihat Bapa Abraham mengorbankan anaknya. Selain itu kita bukan dalam kondisi perang, semua agama di negara kita dijamin kebebasan beribadahnya, semua penduduk bebas untuk berusaha untuk menaikkan kemampuan ekonominya.

Trus ngapaian jadi teroris di negara ini?  Ya sudahlah, memang pikiranku ga bakalan bisa mendapat jawaban itu.

Untuk saat ini, aku sebagai warga biasa hanya bisa berdoa kepada Tuhan, semoga negara ini dilindungi Tuhan, percaya dan mendoakan pemerintah dan Polri untuk menyelesaikan terorisme di Indonesia,sampai ke akar-akarnya. Setiap ada kejadian bom, dalam hati saya selalu berdoa, semoga semua korban terselamatkan ya Tuhan, jangan ada korban meninggal.

Aku juga harus lebih waspada dan care di sekelilingku, karena bisa saja bibit-bibit radikaslisme itu di sekitarku. Ya, aku menyadari itu, dan aku berharap kita masyarakat Indonesia tidak menutup mata untuk itu. Akhir-akhir ini di Indonesia, begitu maraknya ajakan yang cenderung mendukung intoleransi. Check twitter dan feed fb kalo mau tau lebih detail. Ya mungkin ini sisi negatif dari sosial media.

Untuk mencegah akibat yang lebih besar dan berkepanjangan, aku sangat mendukung pendidikan dini untuk nasionalisme dan budaya Indonesia harus lebih digiatkan. Anak-anak Indoneia harus lebih mengenal toleransi dan kemajemukan dari kecil. Saya yakin kalau basic pendidikan kita sudah baik dan benar, maka bibit-bibit radikal tidak akan mudah masuk dan mendoktrin kita.

Mari kita lebih peka terhadap sekitar, mari menyadari kalau ada yang salah dengan kondisi bermasyarakat kita. Dan mari sama-sama memperbaikinya. Mari lebih saling mengasihi sesama. Karena kasih adalah hukum yang utama dalam kehidupan ini. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun