Mohon tunggu...
Danar Dono
Danar Dono Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Pelajar yang tidak bisa berhenti belajar dari siapapun dimanapun kapanpun

Tebarkan rahmat kepada semesta alam!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pengetahuan Anda 'Benar', Yakin?

24 Maret 2015   20:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14272030241283159143

Dalam praktik sehari-hari, ketika kita melihat suatu objek, maka kita membayangkan  objek tersebut dalam pikiran kita, lalu kita simbolkan objek itu dengan suatu kata atau kalimat.  Misalnya ketika kita melihat objek “aquarium yang berisi ikan”, maka dalam benak pikiran kita akan ada gambaran/ bayangan tentang aquarium yang berisi ikan. Lalu ketika orang datang kepada kita dan berkata “ikanmu kelaparan”, maka kita akan membayangkan bahwa aquarium yang berisi ikan yang pernah kita lihat sebelumnya belum dikasih pelet (makanan ikan) di dalam aquarium tersebut. Lalu kita berkata “maaf, saya lupa memberi pelet ke dalam aquarium ikan saya”. Inilah yang dinamakan “persepsi”. Dan kenyataannya, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda. Ketika kita membayangkan sesuatu, maka kita sedang “memaknai” sesuatu. Dan kita tidak akan mungkin bisa membayangkan sesuatu jika kita tidak melihat atau mengetahui “objek” itu sebelumnya. Lalu ketika kita hendak mentransfer pemaknaan kita mengenai suatu hal itu (konsep) kepada seorang lain, maka kita akan membuat tanda/simbol/membahasakan konsep tersebut  dalam bahasa yang lazim dipahami orang lain baik melalui “teks” atau “gambar” tertentu.  Dan perlu diketahui bahwa hubungan antara tanda/bahasa dengan objek yang ditanda/diacu itu tidak memiliki hubungan langsung. Hubungan antara bahasa dan objek itu akan ada selama ada konsep di dalam pikiran kita yang menghubungkan antara tanda dan objek tersebut. Misalnya objek “ikan”, orang Inggris menyebut objek “ikan” dengan teks “fish”, sedangkan orang Jawa akan menyebut objek “ikan” tersebut  dengan teks “iwak”. Padahal objek yang diacu sama, namun penyebutan objek tersebut berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyebutan suatu “objek” juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat mengingat setiap masyarakat hidup dalam daerah geografis yang berbeda.

Dalam representasi yakni proses memproduksi makna. Makna suatu objek ditentukan oleh pemaknaan atau konsepsi suatu individu atau masyarakat tertentu. Bahasa tidak memilki makna, manusia-lah yang memaknai bahasa. “Words does mean. People does.” Demikianlah yang diungkapkan Stuart Hall – penemu teori representasi. Representasi menggunakan pendekatan konstruksionis. Dalam pendekatan ini dijelaskan bahwa manusia sebagai “social actor” membuat sistem bernama “bahasa” yang menghasilkan makna terhadap objek tertentu. Proses pemaknaan ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan kepentingan individu atau masyarakat bersangkutan. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa setiap masyarakat di dunia ini pasti memiliki dan terikat oleh budaya. Dan budaya suatu masyarakat pasti diarahkan dan dibentuk untuk tujuan atau kepentingan tertentu. Dengan demikian pengetahuan dan pengalaman sesorang dalam masyarakat tersebut pasti juga dipengaruhi dan terikat oleh budaya masyarakat bersangkutan.

Di era digital ini, berbagai informasi tersedia dan diakses secara mudah. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendapatkan informasi/ pengetahuan tertentu dari media-media informasi macam koran, internet, majalah, dsb. Kita terkadang mudah mempercayai informasi dan pengetahuan tersebut dengan atau tanpa melihat realitas sesungguhnya dari informasi yang diberitakan tersebut secara langsung. Padahal informasi dan pengetahuan tersebut disampaikan melalui bahasa (tanda) baik kata, kalimat, intonasi tertentu, maupun gambar-gambar tertentu. Dan hubungan antara tanda dengan Objek tidak memiliki hubungan langsung, hubungan tersebut terjadi karena adanya konsep atau pemikiran yang menghubungkannya. Dengan kata lain, pemaknaan kita terhadap informasi dan pengetahuan tersebut ditentukan oleh “orang yang menghubungkan tanda dengan objek tersebut yang mana mempunyai konsep atau pemikiran mengenai objek bersangkutan baik utuh maupun parsial.”  Inilah letak kesalahan kita ketika kita menerima informasi tersebut dan mempercayai bahwa informasi itu benar. Padahal orang yang menyampaikan informasi tersebut tak jarang juga memiliki kepentingan tertentu baik kepentingan yang bersifat komersial maupun non komersial. Bahkan tak jarang ketika seseorang menyampaikan suatu informasi, ia “memanipulasi” informasi tersebut dan terkadang apa yang ia sampaikan dengan realitas atau objek  yang diacu “sama sekali” tidak memiliki hubungan. Contoh seorang orientalis yang mempunyai pemahaman dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan. Dengan demikian,  ketika orientalis tersebut hendak menyampaikan makna atau maksudnya mengenai pemahamannya terhadap Islam kepada orang lain, maka ia mungkin saja akan memberitakan tentang “Seseorang laki-laki berjenggot yang menyerukan ‘allahu akbar’ meledakkan dirinya dan mengakibatkan 100 orang-orang ‘tak berdosa’ tewas di Damaskus, Suriah.” Masyarakat awam yang tidak mempunyai pengetahuan sepenuhnya tentang Islam dan hidup dalam kebudayaan masyarakat non-Islam ketika menerima informasi tersebut lantas akan menghubungkan antara tanda-tanda (laki-laki berjenggot, ‘allahu akbar’, meledakkan diri, 100 orang-orang ‘tak berdosa’ tewas) dengan objek “orang Islam” dalam pikirannya, sehingga mereka akan mendapatkan pemahaman/ pemaknaan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan. Padahal antara tanda-tanda yang diberikan tersebut dengan objek Islam “tidak memiliki hubungan sama sekali”. Dengan demikian sukses sudah propaganda yang dilakukan orang orientalis tersebut dalam usahanya untuk menjatuhkan Islam. Inilah yang terjadi dalam proses representasi – prsoses memproduksi makna. Kenyataannya, kita hidup di dunia di mana pertarungan antar ideologi saling berbenturan satu sama lain terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun