Mohon tunggu...
Doni Pinayungan
Doni Pinayungan Mohon Tunggu... -

Pembaca, dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Profesionalisme dan Moral Guru untuk Mutu Pendidikan Bangsa

31 Mei 2013   15:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:44 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Profesi sebagai guru membutuhkan orang-orang terbaik dan professional secara intelektual dan moral. Artinya, guru harus memiliki berbagai kompetensi yang dibutuhkan seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dengan kata lain, tidak sembarang orang dapat menjadi guru. Seorang guru yang profesional diharapkan mampu berkontribusi positif dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Namun kenyataannya, cita-cita bangsa mewujudkan pendidikan bermutu malah melenceng dengan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan belakangan ini. Banyaknya guru yang asal jadi, bermodalkan ijazah namun kurang mendalami kopetensi professional dan bermoral sebagai seorang pendidik membuat sedikit potret pendidikan negeri ini menjadi buram.

Beberapa ekses negatif tentunya ditimbulkan dari kurangnya kedisiplinan dan pemahaman etika sebagai seorang pengajar yang sering kali diabaikan sebagian guru. Permasalahan yang begitu fatal adalah saat dimana kebanyakan orang yang mengambil pendidikan keguruan bertujuan untuk mengejar target menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bukan pada subtansi yang diharapkan, menjadi sepenuhnya sumber daya pengajar yang profesional yang benar-benar berorientasi pada profesi yang sebenarnya sebagai pendidik. Padahal, konsekuensi dari diakuinya guru sebagai profesi, tentunya bertujuan agar guru mampu menjelma sebagai tenaga pendidik yang professional, memberikan pendidikan yang bermutu dan tentunyasangat tergantung pada kapasitas satuan-satuan pendidikan dalam mentranformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah, baik yang terkait dengan aspek olah pikir, rasa, hati, dan raganya. Bukan hanya sekedar mengajar materi pelajaran, guru juga harus menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Selain dari permasalahan kurangnya kedisiplinan dan pemahaman etika, ekonomi juga menjadi persoalan yang harus diperhatikan. Kesejahteraan seorang guru tentunya sangat mempengaruhi kinerja seorang pengajar. Kesejahteraan guru tentunya harus terus ditingkatkan agar semangat mengajar dengan sebenar-benarnya tidak terganggu dengan permasalahan kehidupan pribadi yang cendrung terbawa ke lingkungan pendidikan karena keterpaksaan akibat ekonomi yang kurang memadai. Dengan adanya kesejahteraan untuk guru tentu mampu menciptakan guru yang professional dalam mendidik.

Moral Guru Untuk Harkat dan Martabat Bangsa

Untuk mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa, pendidikan menempati urutan utama dibandingkan dengan sektor lain. Dengan pendidikan sumber daya manusia (SDM) dapat dibangun, kecerdasan bangsa dapat ditingkatkan dan kesejahteraan dapat direntangkan ke seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain pendidikan adalah faktor utama dalam menguak kemajuan bangsa. Predikat guru menunjukan keprofesionalan seseorang pada bidangnya yang bukan hanya bertugas mengajar tetapi juga mendidik dengan moral yang baik. Profesi ini tentu didapatkan secara instan tetapi melalui rangkaian proses penguasaan ilmu atau melalui pendidikan khusus seperti pendidikan keguruan.

Tugas pendidikan juga tugas kemanusiaan. Manusia yang berpotensi itu dapat berkembang ke arah yang lebih baik, tetapi dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik. Perlakuan dan sikap guru kepada murid juga sangat berpengaruh pada elektabilitas dunia pendidikan di negeri ini. Etika seorang guru juga menjadi dasar keberhasilan pendidikan negeri ini.

Seorang Guru harus Mendalami Makna Tut Wuri Handayai Sebagai Pedoman Pendidikan

Tut Wuri Handayani, Terdiri dari 3 kalimat ungkapan atau slogan yang dibuat oleh bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara. Sebagai sebuah ungkapan penting dari sebuah keteladanan bagi seorang pendidik atau pemimpin baik moral maupun semangat bagi anak didiknya. Semboyan “Tut wuri handayani”, atau: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Yang berarti: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik).

Artinya seorang guru, pemimpin, atasan harus selalu mengikuti setiap gerak anaknya, Jika ada gejala anaknya cenderung melakukan kesalahan, ia harus memberikan masukan atau arahan. Bukan justru merusak dan membuat pendidikan di negeri ini jadi lesu, tak berkembang dan cenderung stagnan. Dengan kata lain, kemunduran pendidikan yang terjadi dewasa ini sebetulnya pendidik belum siap menjadi pendidik yang sebenarnya. Jadi, kalau kita menginginkan pendidikan maju dan tut wuri handayani, sediakanlah mental ‘seniman’, singkirkanlah mental ‘pegawai’ dan ‘buruh’.

“Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan” – Ki Hadjar Dewantara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun