Mohon tunggu...
Doni Hermawan
Doni Hermawan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ironi Kilang-kilang Kita

20 Agustus 2018   18:10 Diperbarui: 20 Agustus 2018   18:11 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pernah lihat rupa kilang minyak secara langsung? Bentuknya megah. Disusun dengan desain dan detail yang sangat rumit. Komponennya menggunakan baja berbentuk pipa, yang disambung satu sama lain.

Sedemikian kompleks, sehingga saya yang awam, sempat mengira konstruksi tersebut dibikin oleh bangsa jin. Ini belum bicara soal keajaiban rig yang mengapung di laut, untuk mengebor minyak dari dasar laut yang dalam.

Terbayang betapa repot pemeliharaan sebuah kilang atau unit pengolahan minyak dan gas bumi? Terbayang berapa biaya yang harus digelontorkan untuk pemeliharaan, agar semua pipa dan mesin berfungsi sempurna sehingga kilang dapat beroperasi secara efisien? Terbayang bagaimana pengaturan anggaran sektor migas mesti dikelola sebaik mungkin agar tak rugi?

Indonesia diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam ekstraktif yang luar biasa. Beragam perusahaan asing berlomba-lomba mengeksplorasi potensi migas di dasar laut dan perut bumi. Kini masih ada beberapa perusahaan asing yang mengelola lapangan migas di Indonesia.

Sebagian habis masa kontraknya. Seluruh aset berupa unit pengolahan, perkantoran, bahkan perumahan pegawai yang pernah dibangun kini kembali ke pangkuan kita.

Terasa bangga begitu tersiar kabar bahwa Blok Mahakam akhirnya dikelola Pertamina. Bolak-balik perusahaan minyak nasional itu meyakinkan masyarakat, bahwa anak bangsa mampu mengolah Blok Mahakam sebaik operator asing.

Memang kita tak perlu meragukan klaim tersebut. Toh, mayoritas pekerja perusahaan migas asing di Indonesia memang asli Indonesia. Bule-bule hanya mengisi posisi manajerial. Jumlahnya pun tak lebih banyak dari pekerja lokal. Jadi sesungguhnya, tak ada masalah dari sisi sumber daya manusia.

Yang hendak saya garisbawahi di sini adalah bagaimana pemerintah mengelola perusahaan migas nasional yang kini menjadi operator Blok Mahakam. Selintas saya sangsi. Sebab satu kali pernah saya mendapat kesempatan berharga: masuk ke salah satu unit pengilangan minyak milik Pertamina di Kalimantan Timur, dan kaget saat melihat kondisi kilang.

Pipa-pipa sudah tampak tua, karat terlihat jelas pada banyak bagian. Warna cat sudah mulai memudar. Secara tampilan, anda pasti langsung tahu alat-alat produksi itu sudah tua. Otomatis langsung terbayang bagaimana kondisi bagian dalam pipa. Tapi tetap saya berpikir positif, "Yang penting efisien dan masih berfungsi baik".

Namun susah juga menahan rasa kecewa. Mengapa pemerintah tak membenahi kilang ini? Ganti semua unit pipa jika memang sudah tua usianya.

Saya pun pernah bertandang ke unit pengolahan di Senipah dan Handil, yang dulu ditangani  operator asal Perancis. Lapangan Handil adalah lapangan tua yang dikelola oleh operator tersebut. Bagaimana kondisinya? Baik, sangat baik malahan. Semua tampak terawat apik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun