Mohon tunggu...
Donald Sitompul
Donald Sitompul Mohon Tunggu... -

I'm cool.........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bencana Itu… Banjir Jakarta, Gempa Padang, Tsunami Mentawai, Letusan Merapi… Masih Adakah Lagi?

26 Oktober 2010   19:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsian setelah tsunami Mentawai - 26 Oktober 2010

[caption id="attachment_4036" align="alignleft" width="400" caption="Pengungsian setelah tsunami Mentawai - 26 Oktober 2010"][/caption] Mengapa? Beginikah wajah negeri kita? Bencana itu kenapa datang berturut-turutan? Bukankah negeri kita selalu didengungkan negeri yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja...? Kita menjadi prihatin... Sangat prihatin... Setelah bencana banjir bandang Wasior di Papua Barat, Senin 4 Oktober 2010 lalu yang menelan korban ratusan orang. Luapan air dari gunung turun dengan deras dan membanjiri sungai-sungai dan menghanyutkan desa serta pemukiman, yang ironisnya kurang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Indonesia belahan Barat, lihat contoh Puteri Indonesia 2010 - Nadine Alexandra Dewi Ames yang katanya puteri pilihan dan cerdas - yang baru terpilih pun tak tahu dimana letak Wasior ketika tampil dalam sebuah acara baru-baru ini..... Kita dipaksa menyaksikan pada minggu ini, sejak Senin, 25 Oktober 2010, hanya dengan curahan hujan selama 2 jam, kota Jakarta dibanjiri air yang tak terkira, banjir di banyak lokasi dan langsung lumpuh serta menyiksa penduduknya... Rupanya siksaan bencana banjir ini seperti mengingatkan, bahwa negeri kita perlu menyadari bersikap waspada terhadap hal seperti ini, banjir hanya salah satunya... Bila keadaan seperti ini sudah tiba, barulah kita sadar, bahwa pembangunan itu bukan saja 'terus membangun', tetapi menyadari secara bersama membangun itu juga berarti 'memelihara', lihatlah contohnya ibukota Jakarta, daerah resapan airnya hanya 6 persen dari luas kota, sementara menurut Tulus Abadi, Anggota Pengurus Harian YLKI dalam sebuah acara televisi tadi malam mengatakan daerah resapan air di ibukota mensyaratkan sedikitnya 30 persen dari luas kota. Belum lagi ketidakmampuan Pemerintah Provinsi Jakarta dalam mengatur dan menata ulang tata ruang kota, kalau sudah begini, barulah berandai-andai... Kota yang salah urus dan amburadul... Banjir Jakarta yang menyiksa, seolah dikomando bersamaan menyusul gempa di Sumatera Barat kemarin, disusul dengan tsunami (walau sebelumnya sudah diralat oleh BMKG... ??????) di Pagai Selatan Mentawai, Sumatera Barat, korban telah mencapai 112 orang... [caption id="attachment_4044" align="alignright" width="450" caption="Asap solfatara awal letusan Merapi - Selasa, 26 Oktober 2010"]

[/caption] Masih belum selesai juga, Selasa jam 17.02 wib sore hari, gunung Merapi akhirnya meletus, setelah dinyatakan berstatus "Awas" sejak Senin kemarin, korbanpun sampai saat ini diperkirakan sudah mencapai 15an orang... Dan tampaknya terus bertambah... Lebih tragis lagi pantauan tim pemyelamat dari Yogyakarta, ditemukan korban dalam kondisi mengenaskan di sekitar tempat tinggal Mbah Marijan - yang katanya sakti itu, 10 orang di luar pemukimannya di dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta sekitar 4 km dari puncak Merapi. Seorang teman di situs jejaring sosial facebook menuliskan komentarnya, "Mbah Marijan belum bisa diidentifikasi karena kondisi jenazah yg mengenaskan. Seorang wartawan dikenali jenazahnya karena didapati kartu identitasnya..." ujarnya dalam situs tersebut, karena dari berita terakhir justru Mbah Marijan justru sudah tunggang langgang menyelamatkan diri, dan si wartawan yang niatnya mau membantu si mbah malahan tewas secara tragis... Kemudian ditanggapi oleh teman lainnya, Irfan F., "Orang kita terlalu bodoh mengikuti Mbah Marijan yang dielu-elukan sebagai orang sakti. Tuhan membuktikan sekarang... Tidak ada orang sakti. Alam kok di lawan... Bukannya ngungsi, malah percaya sama Mbah Marijan..... Begitu bodohkah orang2 kita. Sampai yang berprofesi wartawan saja mengikuti jejak si Mbah Marijan..... Tapi, itu semua sudah takdir. Aku pun turut berduka cita..." Shinta Miranda, seorang penyair perempuan yang karya-karyanya banyak ditemui di situs jejaring ini bahkan menyesalkan sikap masyarakat yang tampaknya kurang logis, "Bermain-main kok sm Merapi.. Perlu ketegasan aparat agar warga mau mengungsi... Inilah salah kaprahnya bnyk masyarakat kepada mitos, sebuah contoh kecil karena rakyat tdk diberi penyuluhan yg logis..." Bencana itu, ini saatnya kita berhenti sejenak. Merenung dalam duka... Kita selayaknya membantu... Dengan cara terbaik masing-masing... Tak ada kata lain yang dapat diucapkan... ------------------------------------------ (Diolah dari berbagai sumber, Foto AFP dan kompas.com/Iwan Setyawan) All related articles, u can find on this bLog site, click..... Stories From The Road... ---------------------------------- Catatan: Tulisan ini disusun jam 1 pagi, 27 Oktober 2010 sebelum informasi terakhir mengenai kondisi Mbah Maridjan yang ditemukan tewas keesokan paginya (kompas.com, 27 Oktober 2010 | 08:05 WIB).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun