Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tradisi Intelektual

25 September 2017   11:58 Diperbarui: 25 September 2017   12:46 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dok pribadi, lokasi dibawah jembatan lamnyong, Banda Aceh

Ilmiah selalui dimulai dengan sikap skeptis akan sebuah teori, pernyataan, maupun sebuah berita. Perkembangan tekhnologi telah memanjakan kita sebagai user. Setiap hari beranda sosmed kita dipenuhi berita-berita, beragam jenis berita yang dihadirkan dan kita patut bersyukur.

Sayangnya, rasa syukur hanya dipahami dengan menerima begitu saja semua berita tanpa memvalidasinya. Padahal validitas merupakan syarat bagi ilmiahnya sebuah data yang disampaikan. Hal itu bermula dari tidak skeptisnya kita akan berita tersebut. Akibatnya, berita hoax dan benar tidak lagi menjadi pertimbangan, semua kita konsumsi seolah bergizi bagi kognitif kita.

Masyarakat ilmiah memiliki tradisi intelektual, selain diskusi dan literasi, memvalidasi data dan fakta harusnya diikutkan. 'Penyakit' asal konsumsi informasi ternyata bukan hanya dikalangan awam, kalangan akademisi dengan gelar akademikpun demikian. Sejatinya mereka menjadi pencerah akan tetapi malah menjadi pendukung kebodohan dan pembodohan.

Era digital malah ingin membunuh 'ayah kandung' mereka sendiri. Peradaban hari ini merupakan hasil sains, inklud didalamnya sosial media dan media massa yang menghasilkan kemudahan dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Tapi, anak-anak dari sains malah berencana membunuh sains dengan menghilangkan tradisi intelektual. Pembunuhan yang sadis, pembodohan masih berlangsung.

Berbagai berita dikonsumsi tanpa sikap ilmiah yang diajarkan sains. Akibatnya, selain mudah dihasut, kita mudah mengklaim kebenaran tanpa data dan fakta. Kita jadi bangsa yang senang mencaci, memaki, kita mudah tersinggung dan disaat yang sama senang menghina. Sudah saatnya kita kembali ke khittah kita, masyarakat ilmiah, sebuah masyarakat yang akan skeptis akan sesuatu sampai dilakukan penelitian akan sesuatu tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun