Sekitar 13 tahun lalu, saat kedua anak saya masih kanak-kanak, kami berkenalan dengan sebuah lagu kanak-kanak Prancis yang berjudul Le Pappilon. Sebuah lagu yang menjadi tema lagu film dengan judul yang sama, Le Pappilon (Kupu-Kupu). Untuk lulabi atau lagu pengantar tidur saya sudah membakukan sebuah kasidah berbahasa Arab. Waktu itu yang dicari adalah semacam nursery song (lagu-lagu kanak-kanak). Lalu kami menemukan lagu tersebut. Â
Selain kepada Bahasa Arab, saya memang memiliki ketertarikan tersendiri terhadap bahasa Prancis. Kedua bahasa tesebut terasa lezat di telinga. Atas alasan itu saya perkenalkan Le Pappilon kepada kedua anak saya. Dengan berbekal subtitel bahasa Inggris yang disertakan dalam video lagu tersebut, kita bisa belajar betapa lagu Le Pappilon berisi dialog yang bernalar. Kata tanya dipergunakan adalah pourquoi (mengapa) yang menyoal fenomena-fenomena sehari-hari terasa begitu menarik. Tiba-tiba terbetik frasa raison d'etre yang secara sederhana saya makani sebagai alasan atas adanya sesuatu. Le Pappilon merupakan salah satu contoh lagu kanak-kanak yang melatih reasoning atau bernalar. Kita adalah makhluk yang bertanya.
Dalam sebuah obrolan santai saat menikmati kudapan, kenangan akan lagu ini diungkapkan oleh si sulung. Ia berusia kisaran empat tahunan saat lagu itu biasa kami putar dulu. Sensasi sengau saat mendengar kata pappilon diucapkan, meski kata itu justru tidak satu kali pun muncul dalam lirik lagunya, begitu lekat di dalam benak. Lirik lagu Le Pappilon kurang lebih seperti ini: Â Â
Pourquoi les poules pondent des oeufs? Â
(Mengapa ayam bertelur?)
Pour que les oeufs fassent des poules
(Karena telur-telur itu akan menjadi ayam)
Â
Pourquoi les amoureux s'embrassent?Â
(Mengapa pasangan kekasih berciuman?)