Sekelumit tentang Warna Cokelat
An angel in brown with a book. Kata-kata itu langsung terlintas di benak saat melihat sebuah foto seseorang---tanpa bagian wajah---yang sedang membaca buku. Baju yang dikenakannya berwarna cokelat. Sebuah angle pengambilan yang disengaja untuk menawarkan sebuah misteri.
Saya sendiri penyuka warna cokelat. Cokelat adalah warna bumi atau tanah. Ada kekuatan dan sekaligus kemampuan untuk menyeimbangkan dalam warna ini.Â
Sementara itu, bumi dan tanah identik dengan kesabaran dan kebertahanan. Tanah menyerap air, menyimpan dan menjernihkannya. Ia menumbuhkan biji-bijian dan pepohonan serta mendaur ulang yang tidak berguna menjadi berdaya guna. Bumi berevolusi milyaran tahun lamanya demi menyambut kita, manusia, berkelana---lalu menciptakan segala mafsadat---di atas wajahnya. Â
Warna cokelat juga identik dengan musim gugur dan musim dingin. Mudah bagi kita untuk mengilustrasikan hubungannya dengan kedua musim tersebut. Bukankah daun-daun berguguran ke tanah? Bukankah lapisan tebal salju selama musim dingin yang menutupi tanah sehingga meredam kehangatannya? Naluri kita rindu akan tanah saat salju menutupinya. Cokelat adalah warna yang juga menggambarkan suasana rumah dan alam.
Menurut beberapa peneliti warna, hanya warna hijau yang bisa mengimbangi warna cokelat. Bila cokelat melambangkan kebertahanan maka hijau melambangkan pertumbuhan. Namun, keduanya sama melambangkan keabadian. Â Â
Angel and Book
Kata angel secara etimologis berasal dari kata Yunani angelos yang artinya utusan. Ia bisa berarti malaikat ataupun bidadari. Jadi kata angel adalah nirgender. Bila diartikan bidadari, maka artinya ia bergender perempuan.Â
Dalam mitologi Yunani kita mengenal sembilan muse yang merupakan putri-putri dari Zeus. Mereka dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan dan inspirasi seni. Atau, Athena sang Dewi Kebijaksanaan yang dalam dalam kosmologi spiritualitas Hinduisme sebanding dengan Saraswati.
Bila gendernya laki-laki, maka angel akan sepadan dengan malaikat atau dewa.