Mohon tunggu...
Dodi Hertanto
Dodi Hertanto Mohon Tunggu... -

Pengamat kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Telaah Kritis Makalah Kedokteran

12 Februari 2010   01:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:58 3348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, perkembangan teknologi informasi, perubahan paradigma pengambilan keputusan klinis, serta tuntutan masyarakat akan pelayanan kedokteran yang berkualitas mengharuskan pada dokter secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya untuk dapat memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik. Informasi terbaru tentang diagnostik, terapi, prognostik, serta hal-hal lain termasuk etiologi, panduan klinis, dan lain-lain dapat diperoleh dari jurnal kedokteran, banyak diantaranya yang dapat di akses melalui internet. Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal dalam membaca jurnal ilmiah, setiap klinikus membekali diri dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Bila seseorang membaca laporan ilmiah atau jurnal kedokteran tanpa melakukan telaah kritis, ia tidak mengetahui kelemahan penelitian, sehingga apabila penulis laporan menyimpulkan sesuatu yang salah (yang mungkin saja terjadi) maka konsekuensinya pembaca mengadopsi simpulan yang salah tersebut. Dapat dibayangkan akibatnya bila ia kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru tersebut kepada pasiennya atau dalam membuat kebijakan kesehatan.

Apakah Telaah Kritis itu ?

Telaah kritis adalah penilaian secara sistematis suatu makalah atau hasil penelitian tentang relevansi, validitas dan pentingnya hasil penelitian dalam konteks tertentu. Telaah kritis bukanlah sekedar upaya untuk mencari-cari kesalahan atau ketidaksempurnaan laporan atau makalah ilmiah. Dalam telaah kritis kita melakukan penilaian yang seimbang antara kelebihan dan kekurangan laporan hasil penelitian. Telah kritis juga bukan memfokuskan pada hasil penelitian saja. Hal yang dinilai dalam telaah kritis bukan hanya hasil; proses untuk memperoleh hasil sama pentingnya. Bahkan secara normatif dapat disebutkan bila proses (metodologi-nya salah), apapun hasilnya sebenarnya tidak dapat dipercaya.

Kesalahan lain yang sering dilakukan adalah seseorang menganggap telaah kritis sebagai latihan analisis statistika yang hanya dapat dilakukan oleh pelajar dalam bidang statistika atau ahli metodologi saja. Telaah kritis harus dapat dilakukan oleh dokter sebagai bagian dari kinerja profesionalnya.

Mengapa Diperlukan Telaah Kritis ?

Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan telaah kritis. Telah lama dimaklumi bahwa laporan hasil penelitian tidak selalu dapat dipercaya, meskipun dilakukan oleh kelompok peneliti yang andal, atau sudah diterbitkan di jurnal yang peer-reviewed. Cukup banyak contoh yang memperlihatkan bahwa laporan penelitian dalam jurnal terkenal pun dapat mempunyai kesalahan metodologis yang berdampak pada kesimpulannya.

Telah kritis juga diperlukan karena hasil penelitian tidak selalu relevan dengan praktik. Bila kita hanya melihat judul atau bahkan abstrak,nampaknya hasil penelitian tersebut relevan. Namun bila ditelaah lebih mendalam, tidak jarang ternyata laporan tersebut tidak relevan. Namun bila ditelaah lebih mendalam, tidak jarang ternyata laporan tersebut tidak relevan dengan kita sebagai profesional.

Akhirnya agar dapat diperoleh pengetahuan yang meningkatkan kemampuan klinis kita, perlu dilakukan kerangka kerja yang sistematis untuk menilai hasil penelitian. Pekerjaan profesional dokter adalah menyangkut kesehatan, bahkan kehidupan pasien. Karenya dalam menambah ilmu yang senantiasa berkembang, tidak layak bila dilakukan secara sepintas dengan membaca abstrak atau hasil penelitian saja, tanpa mengetahui bagaimana hasil tersebut diperoleh.

Sumber:

Sastroasmoro S. Telaah Kritis Jurnal Kedokteran. Dalam buku Teknik Menulis dan Telaah Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran. Editor Siti Setiati dkk. Pusat Penerbitan IPD FKUI, Jakarta 2007, hal 41.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun