Wakil Presiden RI Jusuf Kalla hadir dalam acara Merayakan Milad Istiqlal pada Rabu (22/2/2017) malam. Dalam sambutannya, JK mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga keberagaman dan toleransi umat beragama.
Pada bagian lain, menurut JK, kita harus berterima kasih kepada Friedrich Silaban bahwa saat ini kita menerima kenyataan, bangsa kita plural satu sama lain. Â Ia menegaskan pula, seluruh elemen masyarakat hendaknya mengedepankan toleransi dan berlaku baik satu sama lain.
"Semua pihak hendaknya memang harus toleransi, tak hanya satu umat, yang lain harus mengikuti prinsip pokok menghargai satu sama lain," jelasnya.
Di sela pidato sambutannya, JK memuji momen saat umat Islam mengawal pernikahan umat Kristiani saat aksi bela Islam yang digelar di Masjid Istiqlal 11 Februari 2017 lalu. Perbedaan bangsa ini telah berhasil membuat negara berdiri secara bersama-sama mendorong filosofi berkebangsaan yang terus maju.
"Di sini kita juga bersanding dengan Katedral. Ini jelas mencerminkan bangsa yang berdiri bersama-sama dan punya makna jauh ke depan. Alhamdulillah falsafah itu berhasil mendorong negara semakin maju ke depan," ujarnya optimis.
JK bercerita pula tentang sejarah pendirian Masjid Istiqlal. Moh. Hatta pernah mengusulkan supaya masjid didirikan di sekitar bundaran HI sekarang. Alasan Hatta, di kawasan Tanah Abang banyak kalangan Muslim sehingga mereka bisa sembahyang di sana.
Alasan Soekarno, menurut cerita JK, lain lagi. Masjid harus didirikan di dekat Gereja Katedral untuk menunjukkan bangsa Indonesia yang multikultural dan bertoleransi. Apalagi di sekitar situ ada gereja lain dan di sekitar Istiqlal sekarang, dulu lebih dekat ke kawasan Pecinan.
Sayembara
Pembangunan Masjid Istiqlal dimulai dengan sayembara perancangan pada 1955. Ketika itu sayembara diikuti 30 peserta, namun yang memenuhi syarat hanya 22. Dari 22 peserta dipilih lima terbaik hingga kemudian diciutkan menjadi satu.
Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal adalah tokoh-tokoh Islam dan bangsa, dengan ketua Presiden Soekarno. Anggotanya terdiri atas Ir. Rooseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Djuanda Kartawidjaja, Ir. Suwardi, Ir. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, HAMKA, dan H. Aboebakar Atjeh. Untuk menjaga objektivitas penilaian, maka masing-masing rancangan yang akan dinilai itu diberi sandi. Akhirnya rancangan Friederich Silaban, dengan sandi Ketuhanan, dipilih sebagai pemenang. Pada saat itulah diketahui perancangnya beragama Kristen-Protestan.