Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doktor Junus Satrio, Diuji Yuniornya Semasa Mahasiswa Arkeologi UI

10 Mei 2017   19:33 Diperbarui: 10 Mei 2017   19:50 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Junus Satrio Atmodjo (tengah) bersama promotor dan penguji (Foto: Djulianto Susantio)

Satu lagi doktor arkeologi dihasilkan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Rabu, 10 Mei 2017 Junus Satrio Atmodjo mempertahankan disertasi berjudul Lanskap Permukiman Rawa Pesisir Masyarakat Jambi Abad XI-XIII. Junus dipromotori oleh Dr. Ninie Susanti Tedjowasono dengan ko-promotor Dr. Wiwin Djuwita Ramelan. Bertindak sebagai penyanggah atau penguji Prof. Agus Aris Munandar, Prof. Mundardjito, Dr. Riwanto Tirtosudarmo, Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi, dan Dr. Supratikno Rahardjo.

Wilayah pesisir

Menurut Junus, penelitian ini mengambil tempat di kawasan rawa pasang-surut wilayah pesisir provinsi Jambi. Di wilayah tersebut terdapat lebih dari 60 situs purbakala dari abad XI-XIII. Dari situ muncul pertanyaan karakter lanskap seperti apa yang dipilih sebagai tempat tinggal dan bagaimana strategi masyarakat pesisir Jambi mendukung pergerakan komoditas serta perdagangan antarwilayah di masa lalu.

Tujuan penelitian, kata Junus, untuk mengetahui hubungan antara penghuni kawasan hulu dan hilir sungai Batang Hari serta cara bagaimana penghuni situs memanfaatkan lingkungan basah dalam mendukung kehidupan mereka.

Selanjutnya menurut Junus, penafsiran hasil penelitian akan mencoba memahami situs-situs purbakala pesisir sebagai lingkungan bentukan yang berorientasi kepada kebutuhan manusia, dan sebagai ruang ingatan yang menghubungkan peristiwa-peristiwa lampau dengan lingkungan alam yang spesifik.

Sangat memuaskan

Akhirnya sidang yang diketuai Dekan FIB UI Adrianus Waworuntu memutuskan Junus Satrio berhak menyandang gelar doktor dengan judisium sangat memuaskan. Sejak Pendidikan Pascasarjana diserahkan ke FIB UI, Junus merupakan doktor ke-287. Untuk tahun ini, Junus merupakan doktor kedua yang dihasilkan FIB UI. Doktor pertama dihasilkan minggu lalu, tepatnya 3 Mei 2017, atas nama St. Prabawa Dwi Putranto, yang juga merupakan doktor arkeologi.

“Seharusnya Junus Satrio berhak menyandang judisium lebih tinggi. Indeks Prestasinya 3,87. Sayang pencapaiannya dalam waktu maksimum, yakni 10 semester,” kata Adrianus.

Promotor Ninie Susanti memuji keuletan Junus. Pensiunan yang sudah berumur 60 tahun ini dinilai memberi inspirasi akademis dan sumber semangat bagi para arkeolog. Di tengah kesibukan dan sakit, menurut Ninie, Junus mampu menyelesaikan disertasi. Yang unik, beberapa penguji Junus adalah yunior-yuniornya semasa menjadi mahasiswa UI.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun