Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meminimalisasi Risiko Kebakaran dengan Bahan Acian dan Cat Khusus

23 Mei 2025   07:18 Diperbarui: 23 Mei 2025   07:18 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebakaran Museum Nasional September 2023 (Sumber: Materi Prof. Suprapto) 

Berbagai bencana pernah dialami bangunan dan situs cagar budaya sejak lama. Namun bencana karena api paling mendapat perhatian. Kebakaran bangunan cagar budaya, termasuk museum, pernah dialami rumah gadang, keraton, museum, dan gereja di Indonesia dan mancanegara. Setelah diidentifikasi penyebabnya antara lain puntung rokok, hubungan arus pendek listrik, dan petir.

Museum Bahari dan Museum Nasional di Jakarta paling mendapat sorotan. Ketika Museum Bahari terbakar, petugas damkar kesulitan memadamkan api karena di bawah atap bangunan terdapat lapisan plastik. Dengan demikian air tidak dapat langsung memancar ke bawah.

Museum Nasional dipandang sudah memiliki peralatan damkar. Namun karena terjadi pada malam hari, petugas dalam yang hanya beberapa orang sulit memadamkan api. Ketika disemprot petugas damkar, justru tekanan air merusakkan artefak.

Begitulah yang terungkap dari Seminar Nasional "K3 Api Cagar Budaya" di Museum Bank Indonesia, 22 Mei 2025. Seminar terbagi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh Dr. Bayu Meghantara (Dinas Penanggulangan Kebakaran), Prof. Suprapto (Pakar Fire Safety ITB), Ir. Kimron Manik (Direktur Keberlanjutan Konstruksi Kemen PUPR), dan Dr. Kresno Yulianto (Pakar Museologi). Sesi kedua diisi oleh Prof. Fatma Lestari (Gurubesar FKM UI), Dr. Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog, TACB Nasional), dan Sugiarto Goenawan (Pakar Kimia).

Bersamaan dengan pameran, diselenggarakan pameran dan workshop. Seluruh kegiatan ini diselenggarakan oleh Komunitas Perisai Budaya Nusantara dengan dukungan Kementerian Kebudayaan RI dan Museum Bank Indonesia. Pihak swasta yang mendukung kegiatan ini adalah Uzin dan Improvement.

Alat pemadam kebakaran ringan (APAR) untuk berjaga-jaga terhadap bahaya kebakaran (Sumber: Dokpri) 
Alat pemadam kebakaran ringan (APAR) untuk berjaga-jaga terhadap bahaya kebakaran (Sumber: Dokpri) 

Risiko bencana

Terungkap dari seminar itu, ada berbagai risiko bencana terhadap bangunan cagar budaya, termasuk koleksi museum. Selain api dan petir, ada lagi bencana banjir, tsunami, gempa bumi, kelembaban, dan akibat tumbuhan/hewan.  Berbagai artefak di Aceh, misalnya, pernah porak-poranda karena tsunami. Sedangkan Candi Prambanan pernah amburadul karena gempa bumi.

Ada yang menarik dari seminar itu. Pak Saifullah dari Museum Pemadam Kebakaran menawarkan pelatihan gratis untuk pengelola museum. Tawaran ini tentu saja disambut gembira oleh para peserta.

Terungkap pula bahwa banyak koleksi museum tidak tahan terhadap air, misalnya koleksi kertas dan koleksi kain. Nah, bagaimana menangani koleksi seperti ini bila museum terbakar? Banyak masukan untuk instansi damkar tentang bangunan dan benda cagar budaya dari arkeolog.

Contoh miniatur rumah yang menggunakan cat khusus (kanan) tidak terbakar habis. Rumah bagian kiri habis terbakar (Sumber: Materi Sugiarto Goenawan) 
Contoh miniatur rumah yang menggunakan cat khusus (kanan) tidak terbakar habis. Rumah bagian kiri habis terbakar (Sumber: Materi Sugiarto Goenawan) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun