Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlunya Museum Wabah Covid-19 untuk Memberikan Informasi dan Edukasi kepada Masyarakat

19 Februari 2021   18:45 Diperbarui: 19 Februari 2021   18:57 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung Museum Anti-covid-19 di Wuhan, Hubei, Tiongkok, melihat patung-patung petugas kesehatan (Sumber: https://mediaindonesia.com/Antara)

Meskipun sudah berlangsung lebih dari setahun, sebagaimana nama Covid-19 (berawal pada 2019), kita belum bisa menentukan kapan wabah itu akan berakhir. Bahkan kita belum bisa memerkirakan kapan akan melandai. Wabah Covid-19 mulai menjadi pembicaraan di Indonesia pada awal Maret 2020. Sejak pertengahan Maret 2020 pemerintah mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berbagai istilah lain, tergantung banyak sedikitnya orang yang terpapar virus itu. Sejumlah negara malah memberlakukan PSBB yang lebih ketat berupa lockdown atau penguncian wilayah.  

Sampai kini peraturan ketat masih belum dicabut. Warga asing, misalnya, dilarang memasuki wilayah Indonesia. Peraturan serupa pun berlaku di banyak negara. Di dalam negeri sendiri ada peraturan 3M yang bermakna memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Bahkan kemudian ditambah 5M, yakni menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Museum tutup layanan

Dampak dari peraturan itu jelas amat terasa. Sebagai contoh, restoran hanya boleh terisi 25% sampai 50% dari kapasitas normal. Begitu pun tempat-tempat wisata. Malah kemudian karena masyarakat yang terpapar covid semakin meningkat, berbagai tempat wisata menutup layanan. Termasuk tempat wisata tentu saja museum.

Peraturan ketat membuat perekonomian terpuruk di banyak negara, termasuk Indonesia. Gelombang PHK masal, tidak terelakan lagi. Banyak hotel dan restoran (besar dan kecil), termasuk warteg tutup permanen. Daya beli masyarakat semakin menurun. Yang masih aman tentu saja perusahaan atau instansi pemerintah karena menggunakan dana APBN/APBD.

Ketika dilakukan penutupan layanan sejak Maret 2020, banyak museum swasta tidak memperoleh pemasukan. Untuk mengurangi beban pengeluaran, mereka merumahkan sedikit demi sedikit pegawai museum. Belum ada informasi tentang museum yang tutup permanen, baik di Indonesia maupun mancanegara. Meskipun kemudian ada pengendoran aturan, yakni museum boleh buka secara terbatas, tetap saja pemasukan museum swasta tidak sebanding dengan pengeluaran karena jumlah pengunjung museum menurun drastis.

Tahun lalu, Hari Museum Indonesia 12 Oktober diperingati secara daring. Tema yang diambil "Museum dan Solidaritas".  Sejak itu memang ada solidaritas, misalnya membagikan masker, disinfektan, dan sabun pencuci tangan. Selain itu Duta Museum DKI Jakarta membantu pembuatan tayangan virtual untuk sejumlah museum swasta.

Sejak lama, banyak museum pemerintah pusat dan pemerintah daerah, menggantikan kegiatan tatap muka dengan kegiatan daring. Sebuat saja diskusi daring, pameran daring, atau tur virtual. Sebaliknya hanya museum swasta yang tergolong kuat mampu melakukan seperti itu. Kita tentu sangat prihatin dengan kondisi kebanyakan museum swasta.

Pemerintah sebagai pembina permuseuman di Indonesia seharusnya paham kondisi museum-museum swasta. Semoga pada tahun ini pemerintah memberi perhatian lebih pada museum-museum swasta yang sampai kini masih megap-megap. Dengan demikian tidak ada museum swasta di Indonesia yang tutup permanen. Seperti halnya tema Hari Museum Indonesia tahun lalu, solidaritas antarmuseum harus terjalin sampai kapan pun.

Masker dan pelindung wajah dengan berbagai model (Dokpri)
Masker dan pelindung wajah dengan berbagai model (Dokpri)
Museum Wabah

Wabah pandemi memang ganas. Namun Covid-19 lah yang paling ganas. Di seluruh dunia lebih dari 100 juta orang terpapar. Di Indonesia sendiri pertambahan cukup pesat, sehingga sudah mencapai lebih dari satu juta orang yang terpapar. Di seluruh dunia lebih dari dua juta orang meninggal dunia. Dampak lain, perekonomian terpuruk dan banyak terjadi perbuatan kriminal demi kelangsungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun