Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Investigasi Forensik terhadap Korban Kecelakaan Pesawat Melalui Sidik Jari dan Sidik Bibir

10 Januari 2021   20:41 Diperbarui: 10 Januari 2021   20:47 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sidik bibir dan sidik jari (Foto: docplayer.info dan batam.tribunnews.com)

Ketika mengidentifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat terbang atau bencana alam, hampir selalu kita dengar istilah Ante Mortem dan Post Mortem. 

Biasanya kedua istilah dihubungkan dengan penemuan potongan organ tubuh manusia. Namun bukan tidak mungkin potongan itu mampu diidentifikasi atau diinvestigasi.

Lain halnya kalau kita menemukan jenazah korban pembunuhan yang masih utuh atau lengkap. Biasanya hanya dibutuhkan data sidik jari. 

Data sidik jari sering kali sudah ada pada basis data milik pemerintah atau lembaga pendidikan, seperti ijazah, KTP, paspor, visa, surat nikah, dan absensi sidik jari. Lihat tulisan [yang ini] dan [yang itu].

Ilustrasi absensi sidik jari (Foto: tekno.kompas.com)
Ilustrasi absensi sidik jari (Foto: tekno.kompas.com)
Forensik

Dunia kedokteran mengenal istilah Dermatoglifi. Dermatoglifi digunakan dalam kedokteran forensik untuk mengidentifikasi individu dalam konteks forensik. 

Di negara kita pengujian DNA dan karakteristik gigi-geligi belum populer. Yang paling mudah tentu data Ante Mortem berupa sidik jari tangan. Data Ante Mortem adalah data kita semasa hidup atau boleh dibilang sebelum terjadi kecelakaan. 

Kita sudah memiliki banyak tabungan data sidik jari dalam dokumen. Juga dalam benda atau properti korban yang terpegang tangan. Inilah data Ante Mortem dalam bentuk lain.

Menurut pakar antropologi forensik dari UGM, Pak Rusyad Adi Suriyanto, rekaman dermatoglifi (rigi-rigi kulit, yang dapat berupa sidik jari-jemari dan telapak tangan, sidik jari-jemari kaki dan telapak kaki, sidik palatum dan sidik bibir) merupakan salah satu data primer dalam identifikasi forensik.   Jenazah tidak dikenal diidentifikasi di dalam ruang autopsi forensik. 

Hasil identifikasinya dikenal sebagai data Post Mortem (pascamerta: data badan dan asosiasinya saat si empunya sudah mati).  

"Jenazah ini merupakan korban beragam peristiwa bencana, baik bencana alam (gempa, tsunami, banjir, longsong, badai, gelombang pasang, dst) maupun bencana karena tindakan manusia (sabotase, bom, kecelakaan pesawat, kapal, kereta, konflik politik, perang, dst)," jelas Pak Rusyad sebagaimana beliau tulis dalam akun Facebook-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun