Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dalam Berbagi Kasih yang Dipentingkan Kemanusiaan, Bukan Suku atau Agama

19 Juli 2020   20:02 Diperbarui: 19 Juli 2020   19:56 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pembicara dan moderator webinar (Foto: Museum Sumpah Pemuda)

Pak Andy F. Noya sempat terisak sewaktu bercerita tentang peresmian masjid di Tasikmalaya. Ia beberapa kali meminta maaf ke pengurus masjid dan pak kiai. Soalnya Pak Andy sudah bilang beragama Kristen. Namun masyarakat menganggap tidak masalah. Akhirnya Pak Andy pun menggunting pita.

"Saya sudah dua kali meresmikan masjid. Satu lagi di Karawang," katanya. Pak Andy diminta meresmikan masjid karena beliau menyumbang pembangunan masjid yang tadinya terbengkalai. Kita mungkin tahu kalau Pak Andy adalah pembawa acara Kick Andy. Sosoknya sudah dikenal luas. Apalagi ia punya yayasan sosial yang membantu masyarakat kurang mampu.

Kisah demikian diungkapkan pada acara webinar yang diselenggarakan Museum Sumpah Pemuda bekerja sama dengan Komunitas Jelajah, Minggu, 19 Juli 2020.  Ia menjadi salah satu pembicara pada kegiatan sesi 3 yang bertema "Pemuda, Kepedulian Sosial, dan Filantropi".

Soal Jonathan Christie atau Jojo, pemain bulutangkis yang mendapatkan medali pada Asian Games 2018 juga menjadi kisah lain. Dengan sebagian uang bonus, Jojo yang beragama Katholik menyumbang pembangunan masjid di Lombok. Ketika itu memang Lombok terkena gempa bumi.

"Di sini yang dipentingkan segi kemanusiaan, bukan soal suku atau agama," begitu kata Pak Andy.

Salah satu ruangan Museum Sumpah Pemuda (Foto: Museum Sumpah Pemuda)
Salah satu ruangan Museum Sumpah Pemuda (Foto: Museum Sumpah Pemuda)
Prasasti Sangguran

Pak Andy juga bercerita tentang Prasasti Sangguran atau Batu Minto, prasasti batu asal Indonesia yang dibawa Raffles ke Skotlandia, tempat kediaman Lord Minto. Karena dianggap membawa petaka, prasasti batu itu akan dikembalikan ke Indonesia. Namun, ahli waris yang sekarang meminta dana kompensasi ratusan miliar. Karena pemerintah Indonesia tidak sanggup, entah bagaimana kelanjutan masalah tersebut.

Soal Museum Senjata di Belanda juga diungkapkan Pak Andy. Saat ini museum tersebut sepi pengunjung karena generasi muda sudah enggan melihat hal-hal yang tradisional. Museum Senjata mengoleksi berbagai senjata tradisional dari Indonesia.

Pak Fadly Zon, pembicara selanjutnya,  menganggap ia terjun ke politik karena 'kecelakaan'. Sebenarnya ia lebih tertarik "heritage". Di Jakarta ia punya Fadly Zon Library. Bukan hanya koleksi buku, ia pun punya berbagai koleksi topeng, keris, numismatik, prangko, koran-koran lama, benda-benda kuno, dan masih banyak lagi.  Di Sumatera Barat ia punya rumah budaya.

Ia berkisah tentang koleksi wayang yang dimiliki seorang kolektor Jerman. Banyaknya sekitar 20.000 buah. Nah, karena orang-orang Indonesia tidak tertarik, maka koleksi-koleksi itu sekarang dimiliki oleh Universitas Yale.

Kepedulian para generasi muda (Dok. Arief)
Kepedulian para generasi muda (Dok. Arief)
Kurir kebaikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun