Ribuan tahun yang lalu manusia purba bertempat tinggal di dalam ceruk atau gua. Gua sendiri terbagi dua jenis, yakni gua basah dan gua kering. Gua basah dialiri air atau sungai. Jadi manusia purba tidak tinggal di sana. Manusia purba tinggal di gua kering atau gua fosil. Dalam kegiatan arkeologi yang disebut survei atau ekskavasi, berbagai jenis fosil makhluk hidup dan benda-benda lain ditemukan di dalam gua fosil.
Salah satu gua yang intensif diteliti para arkeolog adalah Gua Kidang. Gua sering disebut dolina, yakni lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina terdapat di pegunungan kapur di Jawa.
Gua Kidang berada di kawasan kars Pegunungan Kendeng Utara, sekitar 35 kilometer dari kota Blora, Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan. Gua itu berupa ceruk gunung kars sedalam kira-kira 15 meter dari permukaan tanah bukit kars.
Penelitian manusia purba di Gua Kidang oleh Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta (Balar DIY) dimulai pada 1997. Khusus penelitian di kawasan kars Pegunungan Kendeng Utara dimulai pada 2005. Balar DIY memiliki tiga kawasan penelitian, yakni DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Penelitian di Gua Kidang bertujuan mencari segala bukti jejak budaya gua hunian masa prasejarah. Pada 2005 itu, tim Balar DIY menyurvei seluruh kawasan kars Blora untuk mengetahui gua layak huni masa prasejarah. Tim menyimpulkan, Gua Kidang mengindikasikan adanya jejak hunian manusia prasejarah. Sebagian besar gua atau ceruk kawasan kars Blora merupakan gua vertikal, gua sungai bawah tanah, dan gua rekahan bukit yang tidak mengindikasikan adanya jejak hunian manusia prasejarah.
Selanjutnya Balar DIY melakukan ekskavasi di sana untuk mengetahui pemanfaatan lahan gua dan aktivitas apa saja yang berlangsung di dalam gua. Pada tahun-tahun selanjutnya penelitian diperluas untuk mengetahui kondisi lingkungan alam sekitar sehingga diketahui budaya kala Plestosen hingga awal Holosen di kawasan kars Blora beserta pola adaptasinya.
Pada 2009, Tim Balar DIY menemukan berbagai artefak, seperti cangkang kerang, fragmen kerang, dan tulang hewan. Hal itu mengindikasikan gua tersebut pernah menjadi hunian manusia pada kurun waktu tertentu. Pernah pula ditemukan kerangka manusia berusia 7.770-9.600 tahun. Zaman Holosen bertarikh 9560-9300 SM.
Selama bertahun-tahun penelitian, tim menemukan berbagai artefak seperti peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang, tulang, gigi hewan, dan batu. Namun temuan yang tergolong spektakuler adalah rangka manusia. Hingga 2017 ditemukan tiga individu yang terletak pada kotak gali yang berbeda dengan posisi rangka dan lapisan tanah yang berbeda pula.
Menurut Indah Asikin Nurani, peneliti senior dari Balar DIY, temuan rangka manusia berupa Homo sapiens, bertarikh sedikitnya 9.000 BP (Before Present). Penelitian ini, kata Indah, juga melibatkan berbagai pakar disiplin lain, seperti geologi, geoarkeologi, dan antropologi fisik. “Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan penyajian multidisiplin. Semoga Dolina Kidang bisa menjadi Museum Situs sekaligus Laboratorium kajian multidisiplin kawasan kars,” kata Indah.