Bagaimana menjadi pemuda yang berprestasi? Apakah kiat atau tips untuk berprestasi? Nah, macam-macam soal prestasi dibicarakan di Museum Sumpah Pemuda, Kamis, 25 Juli 2019. Soal prestasi itu diceritakan oleh mbak Athalla Hartiana P. Hardian dan mbak Puji Lestari. Mbak Athalla adalah None Jakarta 2018, sementara mbak Puji atlet panjat tebing yang meraih medali pada Asian Games 2018 lalu. Bertindak sebagai moderator Mas Harianto Saputera, penyiar RRI.
Dialog Pemuda yang bertajuk "Menjadi Pemuda yang Berprestasi" itu dihadiri sekitar 100 peserta, terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru, dan komunitas. Kegiatan itu diawali laporan Kepala Museum Sumpah Pemuda, Ibu Huriyati. Selanjutnya dibuka oleh Kepala Subdirektorat Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Ibu Dedah R. Sri Handari.
Mbak Athalla adalah mahasiswa Fakultas Psikologi. Ia mewakili None Jakarta Selatan, yang kemudian terpilih menjadi None Jakarta 2018. Ia mengalahkan 36 finalis dari kelima wilayah kota dan satu kabupaten di DKI Jakarta. Di DKI Jakarta sendiri setiap tahun memang ada pemilihan Abnon, singkatan dari Abang None.
Proses menjadi yang terbaik pastilah cukup sulit. Mbak Athalla harus mengikuti berbagai pelatihan, seperti kesenian dan keterampilan. Juga dikarantina yang tentu saja mengganggu jadwal perkuliahan.
Sebagai None Jakarta, mbak Athalla harus mendampingi acara gubernur dan berkomunikasi kepada semua stakeholder yang ada di acara itu. Â Tugas lain yang diemban mbak Athalla adalah Duta Pariwisata, Duta Kebudayaan, Duta Olahraga, dan Duta Investasi.
Tentang istilah prestasi, menurut mbak Athalla ada berbagai pandangan. Yang penting pencapaian dalam arti positif. Tugas mbak Athalla memang berat. Tapi katanya, yang penting kita dapat memperbaiki diri dalam setiap langkah. "Kita pun harus berpikir positif," katanya.
Prestasi juga dicapai mbak Puji Lestari. Pada Asian Games 2018 lalu, ia memperoleh satu medali emas dan satu medali perak. Â
Puji berprestasi dalam cabang olahraga panjat tebing, olahraga yang dipandang ekstrem, apalagi ia seorang wanita. Puji bercerita, dulu ia hobi olahraga sepak takraw. Namun di SMA tidak ada program ekstrakurikuler sepak takraw. Mulailah ia beralih ke pencinta alam. Di situ ia diperkenalkan panjat dinding (wall climbing). Akhirnya ia menekuni panjat tebing karena memerlukan adrenalin.
"Semula memang orang tua tidak setuju dengan olahraga itu. Tapi karena saya sudah suka, yah mau gimana," kata mbak Puji.