Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangsa Indonesia, Akumulasi Berbagai Proses Migrasi dan Percampuran Genetika

30 November 2018   07:40 Diperbarui: 30 November 2018   08:25 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Widianto dan majelis pengukuhan (Dokpri)

Selanjutnya tiba ras Monggolid sekitar 4.000 tahun yang lalu. Pada awal kedatangan mereka menghuni gua  dan sejak 2.000 tahun silam mulai mengokupasi daerah terbuka. Kemahiran asli mereka adalah bercocok tanam, domestifikasi hewan dan tumbuhan, juga berlayar. Tinggalan mereka banyak ditemukan di gua-gua Sulawesi Selatan.

Kartun yang dibuat oleh Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI)
Kartun yang dibuat oleh Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI)
Homo floresiensis

Soal manusia purba, dunia pernah terhentak dengan penemuan fosil Homo floresiensis. Fosil ini dikenal dunia karena dipandang manusia kerdil setinggi 106 sentimeter. Kemungkinan manusia purba itu adalah individu peralihan.

Harry menyimpulkan, riwayat penghunian manusia di Kepulauan Nusantara menunjukkan proses yang rumit. Sejak kedatangan Manusia Modern Awal pada 70.000 tahun silam, jalur migrasi menjadi demikian kompleks.

"Segi-segi historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia di Kepulauan Nusantara saat ini merupakan akumulasi berbagai proses migrasi dan percampuran genetika yang cukup rumit. Populasi Indonesia saat ini dengan karakter kuat ras Monggolid di barat dan ras Australomelanesid di timur, sama-sama mengandung unsur genetika campuran di antara keduanya," kata Harry. Kisah lain tentang Harry Widianto bisa baca di sini.

Harry Widianto merupakan Profesor Riset atau Prof. (Ris) ke-8 dari 756 jumlah keseluruhan peneliti Kemdikbud. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Totok Suprayitno, dalam sambutannya mengatakan orasi itu merupakan modal berharga bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat persatuan, kesatuan, dan perasaan saling memiliki di antara bangsa Indonesia.   

Dalam acara pengukuhan tersebut hadir Wakil Kepala LIPI Prof. Bambang Subiyanto selaku Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Prof. Erwiza Erman, Sekretaris Majelis. Juga anggota majelis dan tim penilai naskah orasi, Prof. Agus Agus Aris Munandar, Prof (Ris) Harry Truman Simanjuntak, Prof (Ris) Naniek Harkantiningsih, Prof (Ris) Bambang Sulistyanto, dan Prof (Ris) Iskandar Agung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun