Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Museum Sumpah Pemuda dan TMII Ada Kebersamaan, Keberagaman, dan Kerukunan

20 Oktober 2017   08:11 Diperbarui: 20 Oktober 2017   09:06 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lagu Indonesia Raya berkumandang pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 sebagaimana terlihat di Museum Sumpah Pemuda (Foto: antaranews.com)

Masyarakat kita perlu belajar sejarah, paling tidak membaca buku-buku sejarah. Dulu berbagai etnis yang ada di Nusantara berkumpul untuk satu tujuan: menuju Indonesia merdeka. Upaya ini dipelopori oleh para pemuda.

Mereka berjuang bukan dengan senjata, tapi dengan aktivitas dan organisasi kepemudaan. Ini bisa dilihat dari munculnya organisasi pemuda Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia) pada 1915 di Gedung STOVIA (sekarang Museum Kebangkitan Nasional).  Pada Kongres Pemuda Pertama di Solo pada 1918, nama Tri Koro Dharmo berubah menjadi Jong Java.

Kongres Pemuda

Setelah Jong Java, muncul pula organisasi sejenis seperti Jong Soematranen Bond, Pasoendan, Jong Ambon, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Bataks Bond, dan lain-lain. Para pemuda dari berbagai etnis ini berusaha bersatu dalam wadah tunggal. Pada 30 April 1926 hingga 2 Mei 1926 mereka menyelenggarakan Kongres Pemuda Pertama.

Kongres Pemuda Kedua diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Weltevreden. Hadir antara lain PPPI (Perhimpoenan Pelajar-Pelajar Indonesia), Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Jong Ambon, dan Pemoeda Kaoem Betawi. Kongres dihadiri ratusan peserta, di antaranya Abdoel Halim, A.M. Sangadji, A.K. Gani, Arnold Mononutu, Assaat dt Muda, Bahder Djohan, Dominee van Hoorn, F. Dahler, J.E. Stokvis, John Lauw Tjoan Hok, Kwee Thiam Hong, Jos Masdani, Kasman Singodimedjo, dan Tjokorda Gde Raka Sukawati.

Museum Sumpah Pemuda di Jl Kramat Raya 106 (Foto: tripadvisor.com)
Museum Sumpah Pemuda di Jl Kramat Raya 106 (Foto: tripadvisor.com)
Hasil terpenting kongres adalah sumpah setia tentang tumpah darah Indonesia yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Inilah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.  Saat itu diperdengarkan pula lagu Indonesia Raya melalui permainan biola W.R. Supratman.

Museum Sumpah Pemuda

Berbagai koleksi yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda, kini bisa disaksikan di Museum Sumpah Pemuda. Jenis koleksinya antara lain foto kegiatan organisasi pemuda, bendera organisasi, vandel organisasi, stempel, dan lukisan. Tentu saja koleksi utama berupa Gedung Kramat 106, tempat berlangsungnya Kongres Pemuda Kedua 27-28 Oktober 1928 itu. Gedung itu terletak di Jalan Kramat Raya 106, tadinya milik Sie Kong Liong.  

Pada 3 April 1973 Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973. Pada 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto.

Monumen Persatuan Pemuda di Museum Sumpah Pemuda (Dokpri)
Monumen Persatuan Pemuda di Museum Sumpah Pemuda (Dokpri)
Pada 16 Agustus 1979 Gedung Sumpah Pemuda diserahkan Pemda DKI Jakarta kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983, yang menyatakan bahwa Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda.

Miniatur Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun