Mungkin kepagian saya sampai di Museum Wayang. Meskipun begitu sudah banyak undangan yang mengisi buku tamu. Â
Saya pun sempat berbincang dengan Ahmad Mahendra, Kepala Subdirektorat Diplomasi Budaya Luar Negeri. Ialah penanggung jawab kegiatan itu. Juga dengan Nadjamuddin Ramly, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menyambut ulang tahun ke-50 ASEAN, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mempunyai beberapa kegiatan. Salah satunya berupa Festival Budaya Panji pada 4-6 Agustus 2017. ASEAN sendiri berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Khusus 5 Agustus 2017 itu acaranya adalah Seminar Budaya Panji, berlangsung pukul 09.00-15.00. Acara dibuka oleh Direktur Jendral Kebudayaan Hilmar Farid.
Unik
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro mengemukakan naskah Panji sangat unik. Diperkirakan di seluruh Indonesia ada ratusan naskah Panji yang alur ceritanya adalah percintaan antara Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji yang tidak disetujui oleh orang tua. Akibatnya mereka berkelana, berperang, menyamar, namun pada akhirnya bertemu kembali.
Uniknya setiap penulis mengikuti fantasinya sendiri sekaligus mempergunakan bahasa dan adat istiadat lokal. Karena sangat digemari, Panji telah menginspirasi ungkapan seni lain seperti seni tari, seni wayang, seni pentas, dan seni topeng.
Kisah Panji juga diabadikan pada relief sejumlah candi di Jawa Timur. Diketahui candi-candi itu berasal dari abad ke-14. Berarti usia kisah Panji sudah 700 tahun.
Yang mengagumkan, menurut Wardiman, cerita Panji menyebar keluar Jawa Timur, antara lain ke Bali, Lombok, Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan Sumatera. Pada abad ke-19 para pedagang membawa cerita Panji ke Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand.
Manuskrip Pertama
Peneliti Roger Tol mengatakan, manuskrip pertama tentang Panji diketahui milik Isaac de St Martin (1696). Ia seorang militer dan kolektor. Kisah Panji juga disebutkan oleh ensiklopedia tulisan F. Valentijn (1724-1726).