Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukber Bersama Iluni FEUI

30 Juni 2016   18:56 Diperbarui: 30 Juni 2016   19:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tanggal 29 Juni 2016 Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Iluni FEUI) mengadakan acara buka bersama (bukber) di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempenski, Jakarta. Acara ini sangat meriah. Lebih daripada 500 orang alumni berkumpul bersama melakukan buka puasa bersama dan sholat berjamaah. Grand Ballroom yang terletak di lantai 11 menjadi ajang pertemuan akbar yang disponsori oleh Bank BCA. Rasa kangen yang selama ini terpendam akhirnya terpenuhi dalam pertemuan yang sangat riuh rendah. Masing-masing angkatan mulai dari tahun 1950 sampai dngan 2015 bercengkerama dengan sesama teman kuliah lama sambil bernostalgia.

Dari Paguyuban FEUI Angkatan 1959 (Guyub FEUI 59) hadir Aisar Indrakesuma, Suheru Tjokro Prayitno, Haridadi Sudjono dan Djohan Suryana. Nurdin Nawas yang semula akan hadir ternyata berhalangan karena sakit. Suheru datang terlambat karena terjebak kemacetan di Blok M, Kebayoran Baru, demikan pula dengan Haridadi yang tiba pada sekitar pukul 19.00, ketika acara buka bersama hampir selesai. Walaupun demikian, kehadiran kami berempat memperoleh perhatian yang cukup hangat dari panitya.Iluni FEUI yang sekarang diubah dari FE menjadi FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis).

Meja angkatan 1950/1960-an berada di paling depan, berjejer dengan beberapa meja VIP  (Very Important Person) yang tampak kosong, tidak ada yang mengisinya. Mungkin alumni FEUI tidak ada yang merasa menjadi VIP sehingga kursi-kursinya kosong atau dikosongkan belaka. Meja angkatan 1950/1960 pun hanya terdiri dari dua buah karena alumninya sebagian besar sudah "berangkat" ke alam baka terlebih dahulu. Karena lokasinya di jajaran paling depan, maka yang duduk disini paling "menderita" gaung band yang menderu-deru sehingga percakapan menjadi tidak nyaman. Tetapi karena paling depan pula maka kami dapat menikmati tayangan foto-foto nostalgia masing-masing angkatan. 

Dan yang menarik adalah foto-foto angkatan 1959 yang pernah diserahkan oleh Agus Subagio kepada Iluni FEUI ternyata ikut ditayangkan. Foto-foto itu antara lain foto bersama dengan Profesor Mohammad Sadeli dan Profesor Subroto serta foto=foto saat wisuda tahun 1967. Makanan yang disajikan oleh panitya sangat melimpah sehingga tidak ada yang bakalan kelaparan. Bahkan, tampak masih banyak tersisa. Makanannya juga lezat dan bergizi, tampaknya.

Sebelum bedug magrib bergema, digelar acara talk-show "Mengapa Menjadi Pengusaha Muslim" yang dipandu oleh Alfito Deannova Gintings, Direktur CNN Indonesia. Nara sumbernya adalah Fahmi Idris, tokoh pengusaha terkenal, Prita, seorang pengusaha wanita sukses, dan John Kosasih, Vice President Director BCA Syariah. Yang menarik adalah hal-hal yang dikemukakan oleh Prita, 38 tahun, keputusan untuk menjadi pengusaha yang bergerak dalam bidang yang langka yaitu bisnis financial planning terjadi berkat "paksaan" ayahnya yng mendesak untuk mengambil Program S2 di Auatralia dalam studi financial planning. Seluruh keluarga besarnya adalah karyawan semua yang memiliki "safety nest", menurut istilah Alfito. 

Prita berani mengambil risiko bisnis dengan pemikiran terjun kedalam usaha yang sesuai dengan passion-nya dan bisnis yang masih belum banyak digarap oleh pengusaha lainnya. Dan teryata ia telah sukses.Prinsip yang dianutnya sebagai pengusaha Muslim adalah anjuran untuk memberikan zakat setiap tahun  bagi setiap pengusaha atau karyawan Muslim sebagai suatu ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT selama ini. Sementara itu, John Kosasih mengungkapkan bisnis perbankan syariah yang memberlakukan syariat Islam secara konsisten yaitu yang serba halal dan manabukan bisnis keuangan yang haram.

Setelah memberikan donasi untuk bea-siswa sebesar Rp 2,5 juta atas nama Guyub FEUI 59 kepada Iluni FEB UI kami pun beranjak pulang dengan menggunakan lift yang bermuka dua, yang bisa keluar dari depan dan belakang. Haridadi masih menikmati makanannya sehingga tidak ikut bersama kami. Kami pun berpisah menuju rumah masing-masing dengan menjinjing sebuah tas plastik berwarna ungu yang berisi brosur promosi aparteman khusus wanita di Depok serta sebuak bloknot BCA sebagai oleh-oleh .....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun