Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Prabowo Presiden 2024?

12 Juni 2019   17:11 Diperbarui: 12 Juni 2019   17:33 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil pemungutan suara Pilpres 2019 secara gamblang telah menunjukkan bahwa Jokowi- Amin Ma'ruf telah memenangkannya. Hasil quick count lembaga survei independen serta KPU sendiri secara resmi telah menyatakan bahwa Jokowi - Amin Ma'ruf memperoleh suara 55,5 % dan Prabowo-Sandiaga 44,5 %. Walaupun ada gugatan kepada MK, tapi tampaknya sulit bagi Prabowo untuk mengubah perolehan suaranya. Tuduhan kecurangan yang sejak awal didengungkan tampaknya tidak akan berhasil mengubah situasi.

Sementara itu, dunia internasional telah mengakui hasil pilpres tersebut. Ucapan selamat kepada Jokowi telah disampaikan oleh negara-negara sahabat. Jadi, seandainya keputusan MK nanti memenangkan Prabowo, lalu akan dikemanakan "muka" Indonesia sebagai salah satu negara demokratis paling besar di dunia ? Walaupun Prabowo tetap ngotot bahwa ia telah dicurangi karena kalah, tetap saja tidak akan mengubah situasi.

Hal ini berbeda dengan kasus Donald Trump yang sejak awal sudah "mengancam" kalau ia kalah berarti ia sudah dicurangi. Ternyata di luar dugaan ia memenangkan pilpres tahun 2016 sehingga ia merasa bahwa pilpres tersebut berjalan fair dan tidak curang. Seandainya ia kalah, mungkin kasusnya akan sama dengan Prabowo. Sebaliknya, tuduhan curang kepada pihaknya karena menang berkat bantuan dari Rusia, dapat ditangkalnya, sebab hingga saat ini tidak bisa dibuktikan. 

Prabowo telah dua kali gagal dalam pilpres. Pada pilpres 2009 ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan Megawati sebagai capres  dikalahkan oleh SBY-Boediono. Sedangkan  pada pilpres 2014, berpasangan dengan Hatta Radjasa (cawapres) dikalahkan oleh Jokowi-Jusuf Kalla dengan perbandingan suara 53,15 % dan 46,85 %.

Kesempatan terakhir tampaknya masih terbuka untuk mencalonkan diri lagi pada pilpres 2024-2029, mengingat usianya masih cukup menunjang, yaitu 73 tahun (lahir 17 Oktober 1951). Tampaknya semangat serta ambisinya masih tetap berkobar-kobar. Mahathir saja yang berusia 94 tahun masih tetap perkasa sebagai perdana menteri di Malaysia, karena memiliki semangat dan tekad yang kuat yang barangkali dapat ditandingi oleh Prabowo. Apalagi hasil pemilu legislatif 2019 Gerindra menjadi parpol terbesar kedua dengan perolehan suara 12,59 % dengan menggeser posisi Golkar (12,31 %).

Peluang tersebut makin terbuka bagi Prabowo karena pada tahun 2024 mungkin tidak ada tokoh nasional yang bisa menyaingi Prabowo, karena Jokowi sudah tidak lagi bisa dipilih. Dengan demikian, apabila sepanjang empat sampai lima tahjun kedepan, ia mampu menggalang kekuatan yang positif dengan bisa merangkul partai politik lainnya sambil melembutkan sikap garangnya kemungkinan berhasil untuk menjadi presiden RI pada tahun 2024 bisa terwujud......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun