Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hadiah Nobel Perdamaian untuk Trump?

20 Juli 2018   21:01 Diperbarui: 22 Juli 2018   04:08 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam Perang Dunia Kedua yang berlangsung pada tahun 1939 sampai dengan 1945 pihak Sekutu (Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa, termasuk Rusia) telah berhasil mengalahkan Jerman. Sedangkan di Asia, AS berhasil mengalahkan  Jepang yang menjajah Asia dengan semboyan "Asia Timur Raya". 

Kemudian muncullah persaingan antara AS dan sekutunya dengan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya yaitu Hongaria, Bulgaria, Rumania, Cekoslovakia,  Ukraina, Tajikistan, Armenia, Kazakstan, Kirgistan, Georgia, Latvia, Estonia, Turkmenistan. dan Jerman Timur yang berhaluan komunisme. 

Terjadilah "perang dingin" antara kapitalisme dan komunisme dengan ditengahnya ada negara-negara non-blok yang dipelopori oleh Bung Karno, Chou En-lai,  Josef Broz Tito, Nehru, U Nu, Gamal Abdul Nasser, Patrice Lumumba dan lain-lain. Bung Karno menamakannya sebagai Nafo (New Emerging Forces) yang terdiri dari negara-negara Asia-Afrika yang menganut politik bebas-aktif.

Dan pada tahun 1990-an, Uni Soviet runtuh. Negara-negara satelitnya memisahlkan diri dan menjadi negara yang bebas merdeka. tidak lagi berada dibawah pengaruh komunisme. Dan Rusia pun menjadi Federasi Rusia yang berdiri sendiri. Komunisme pun praktis tinggal namanya saja. 

Hanya Kuba dan Korea Utara (Korut) yang tetap mempertahankan diri , yang lama kelamaan pun tampaknya akan meleleh juga seperti Tiongkok yang sekarang sudah menjelma menjadi negara "kapitalisme terpimpin", bukan lagi negara komunis yang menakutkan. Tetapi sekarang persaingan yang muncul menjadi AS versus Rusia, seakan-akan ditakdirkan untuk menjadi musuh bebuyutan yang berkelanjutan. Persaingan untuk memperebutkan gelar negara adi daya nomor satu di dunia.

Rusia dipimpin oleh Vladimir Putin yang berkuasa sejak tahun 2000 dan sekarang AS memperoleh seorang presiden yang paling kontroversial yaitu Donald Trump sejak tahun 2016. Munculnya Trump sebagai presiden AS sebenarnya tidak terduga karena nama Hillary Clinton lebih menonjol. 

Namun kenyataan membuktikan sebaliknya, justru Trump yang memenangkan pemilu 2016. Ditengarai bahwa Trump menang karena ada campur tangan Rusia melalui peretasan email Hillary yang disebarluaskan sehingga memperburuk citranya sekaligus meruntuhkan elektabilitasnya.

Trump adalah seorang pengusaha besar yang terkenal sangat haus kekuasaan, ego-sentris dan megalomaniak. Dengan dukungan kuat dari golongan konservatif Partai Republik maka Trump telah mengibarkan bendera " To Make America Great Again". Segala cara akan dilakukan demi kepentingan AS. 

Perang dagang dengan Tiongkok pun terjadi. NATO pun dikutak-katik sehingga ada kesan hanya AS saja yang memberikan sumbangan terbesar sedangkan negara-negara Eropa lainnya hanya sekedarnya saja. Pokoknya, sekarang AS menjadi negara yang paling kuasa, negara lain harus tunduk kepada kemauan AS yang diwakili oleh Trump. Wajah AS telah berubah total dari negara yang paling demokratis menjadi negara yang "semau gue".

Pada tanggal 12 Juni 2018, secara mengejutkan Trump melakukan  pertemuan empat mata dengan Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara (Korut) yang terkenal bandel dan nekad. 

Trump menganggap dapat meredam ambisi Korut untuk mengembangkan senjata nuklir serta peluru kendali antar benua (ICBM) yang bisa mencapai daratan AS. Melalui "kesepakatan damai" dengan Korut, maka Semenanjung Korea dapat dikendalikan sehingga akan tercapai perdamaian di wilayah ini, sehingga perang nuklir tidak akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun