Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik

Takut Apa Sama Ahok?

2 Maret 2018   11:22 Diperbarui: 2 Maret 2018   11:31 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Basuki Tjahaya Purnama (dikenal sebagai Ahok)  adalah sosok kontroversial yang sangat fenomenal pada saat ini. Pria kelahiran Mangar, Belitung Timur tanggal 29 Juni 1966 ini merupakan salah seorang gubernur di Indonesia yang terkenal anti korupsi. Tampaknya tidak ada gubernur lain di Indonesia yang mampu dan berani berseteru dengan DPRD demi menyelamatkan APBD dari wabah korupsi yang sebelumnya telah menjadi tradisi.

Karir politiknya mulai dari tahun 2004 sebagai ketua DPC Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) Kabupaten Belitung Timur. PPIB adalah sebuah partai politik baru yang dipimpin oleh almarhum Sjahrir. Dengan bendera PPIB, Ahok berhasil menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Tidak cukup itu saja, ia pun ikut Pilkada untuk bupati Belitung Timur periode 2005-2010, dan berhasil memenangkannya. 

Selanjutnya, jabatan bupati inipun ditinggalkan pada tahun 2006 untuk ikut dalam Pilkada gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007. Sialnya, ia dikalahkan oleh Eko Maulana Ali, walaupun memperoleh dukungan dari Gus Dur yang ikut berkampanye untuknya pada waktu itu.

Gagal di daerahnya, Ahok pun mulai mengarahkan ambisinya ke kancah politik berskala nasional. Pada tahun 2009, Ahok maju dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Bangka Belitung mewakili Partai Golkar. Ia berhasil memperoleh suara 119.232 dan duduk di Komisi II. Laporan mengenai keluhan masyarakat Bangka tentang pencemaran lingkungan dianggap menghina pengusaha timah dari Belitung dan dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR oleh Front Pemuda Bangka Belitung (FPB). 

Pada tahun 2010, Ahok telah menyuarakan pentingnya laporan kekayaan dan pembuktian terbalik bagi calon kepala daerah yang akan ikut Pilkada. Sampai saat ini ada beberapa calon gubernur yang ikut Pilkada 2018 yang terjerat Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK, bahkan sebelum mereka membuat laporan kekayaannya.

Ahok sebenarnya sudah ingin mencalonkan diri sebagai gubernur DKI sejak tahun 2011 melalui jalur independen. Namun tampaknya kurang yakin, sehingga akhirnya ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur dengan Jokowi sebagai calon gubernurnya pada Pilkada tahun 2012. Keduanya berhasil memenangkan Pilkada untuk periode 2012-2017 dengan dukungan PDI-P dan Gerindra. Kemudian Jokowi ikut Pilpres 2014 dan ia otomatis menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) gubernur. 

Walaupun Ahok adalah Plt  gubernur dari Jokowi,namun ia mendukung Prabowo Subianto yang merupakan calon presiden lawan dari Jokowi. Bahkan, jika Prabowo menang dalam pemilihan tersebut, Ahok dijanjikan akan dijadikan Menteri Dalam Negeri agar ia dapat melakukan reformasi anggaran di semua pemerintah daerah yang ada di seluruh Indonesia.

Namun yang terjadi adalah sebuah ironi. Ahok mengundurkan diri dari Gerindra pada tanggal 10 September 2014 karena perbedaan pendapat mengenai Pilkada. Ahok  kemudian"dijatuhkan" oleh Gerindra serta gabungan kelompok Islam lainnya yang sejak awal memang sudah tidak menyukainya karena Ahok tidak beragama Islam, perilaku Ahok dianggap kasar, arogan dan tidak bermoral serta umat Islam di Jakarta menolak kepemimpinannya. 

Karir Ahok pun tampaknya akan berakhir disini.  Ahok menjabat gubernur DKI mulai tanggal 19 November 2014 sampai 9 Mei 2017, sampai ia divonis hakim dengan hukuman penjara selama dua tahun karena didakwa melakukan penodaan agama.

Dari data tersebut, jelaslah bahwa Ahok adalah manusia biasa yang punya ambisi untuk menjadi pejabat negara yang ingin mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani masyarakat luas, seperti yang selalu didengungkannya. Sebenarnya agak berlebihan kalau sampai ada kekhawatiran jika Ahok bebas dari hukumannya dan kemudian mencalonkan diri untuk menjadi presiden atau wakil presiden dalam pemilu 2019. Semuanya sah-sah saja. Mau jadi cawapres atau capres sekalipun tidak masalah, kalau kita tidak suka, jangan pilih dia ..... atau jangan pilih parpol pendukungnya ..... atau jadi golput saja..... (sumber : wikipedia indonesia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun