Ucapan anggota DPR, Efendi Simbolon baru-baru ini bahwa TNI seperti gerombolan membuat heboh dan tidak nyaman TNI. KASAD Jenderal Dudung menyatakan ucapan tersebut menyakiti TNI. "Kami masih punya harga diri." Begitu kata Jenderal Dudung.Tapi kemudian, setelah Efendi Simbolon meminta maaf, Jenderal Dudung mengatakan, "Sudah dimaafkan. Tuhan saja Maha Pengampun, masa manusia tidak mau memaafkan sesama. Selain menyebut TNI seperti gerombolan, Efendi Simbolon juga mensinyalir ada ketidakharmonisan antara KASAD dengan Panglima TNI. Menurut Jenderal Dudung, hal biasa jika terjadi beda pendapat mengenai suatu masalah. "TNI tetap solid. Angkatan Darat selalu melaksanakan perintah-perintah Panglima TNI."
Ucapan yang kurang sedap dari anggota DPR terhadap Pemerintah, bukan sekali ini saja terjadi. Dalam sebuah acara dengar pendapat DPR dengan Kejaksaan Agung dizaman Presiden SBY, seorang anggota DPR berucap bahwa "Jaksa Agung bagaikan ustadz di kampung maling." Keruan saja Jaksa Agung Abdul Rahman dan stafnya meninggalkan ruangan sidang karena tersinggung. Tidak berhenti sampai disitu, DPR meminta Presiden SBY memecat Jaksa Agung karena telah melecehkan DPR (dengan cara meninggalkan ruangan sidang). Presiden SBY yang rupanya lebih memelihara hubungan baik Pemerintah dengan DPR akhirnya memberhentikan Jaksa Agung dan mengangkatnya menjadi  seorang Duta Besar.
Hal-hal seperti ini tidak akan terjadi jika antara Pemerintah dan DPR sebagai mitra yang sederajat, saling menghargai, tidak ada yang merasa dirinya lebih tinggi. Dalam sebuah acara dengar pendapat, yang dicari adalah klarifikasi suatu masaalah dan mencari solusinya. Bukan menyalah-nyalahkan. apalagi melecehkan.
Ke depan, semoga hubungan Pemerintah dengan DPR semakin harmonis, saling menghargai demi kepentingan bangsa dan negara.