Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Mengharumkan Nama RRI 1966-2001

4 September 2018   15:36 Diperbarui: 4 September 2018   18:20 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang HUT RRI pada 11 September ada baiknya mengenang orang-orang yang telah bekerja keras dan mengharumkan nama RRI 1966-2001 baik secara kelembagaan maupun pribadi. Diantaranya adalah sebagai berikut.

  1.  
  2. Soedjarwo. Reporter. Generasi penerus setelah Reporter Darmo Sugondo. Ia sangat piawai dalam mengungkap latar belakang peristiwa. Hapal tahap-tahap perjuangan bangsa Indonesia sampai hapal TAP-TAP MPR. Praktis, selain reporter ia juga menjadi jubir pemerintah. Ia pula yang menggagas peningkatan status Pemeberitaan RRI menjadi UPT dengan eselon sejajar dengan Stasiun RRI Nasional. Sayang Soedjarwo keburu pensiun dalam usia 56 tahun, sebelum gagasannya itu menjadi kenyataan. Disayangkan pula karena tidak ada yang mempromosikannya ke eselon lebih tinggi, padahal ia seorang brilian dan pemikir dalam organisasi radio. 
  3. Abdul Muthallib. Reporter. Terkenal ketika melaporkan Mahmilub tahun 1967, khususnya ketika mantan Menteri Luar Negeri Subandrio menjadi terdakwa. Sayang hasrat Abdul Muthallib untuk menduduki posisi Kepala RRI Palembang tidak tercapai karena petinggi Deppen keliru menanggapi rekomendasi dari Gubernur Sumatera Selatan, Asnawi Mangku Alam. 
  4. M. Sani dan Purboyo. Pasangan reporter yang pernah berkiprah di BBC London ini melaporkan pendaratan manusia pertama di bulan pada 1969. Mereka menyampaikan laporan di studio RRI Jl. Merdeka Barat Jakarta, ribuan kilometer jauhnya dari Tanjung Kennedy, tempat pesawat antariksa Apollo diluncurkan. Para pendengar menyangka kedua reporter berada di tempat peluncuran.
    M. Sani pula yang menggagas Pekan tilawatil Qur'an RRI bulan puasa 1969. Ia kecewa karena Musabaqah Tilawatil Qur'an yang semula disepakati diselenggarakan tiap bulan puasa, tahun 1969 disesuaikan dengan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an Internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. TVRI ikut bergabung menyiarkan Pekan Tilawatir Qur`an sejak M. Sani menjadi Kepala TVRI Jakarta tahun 1970. 
  5. Wiratmo Sukito. Komentator, paling lama membuat komentar internasional untuk RRI sejak usia 28 tahun sampai 72 tahun. Analisa-analisanya sangat tajam. Misalnya ketika Gorbachov tampil dengan politik Troiska dan Glasnos, ia meramalkan bahwa Uni Soviet akan bubar. Dulunya seorang karyawan RRI sampai pada posisi kepala bidang, kemudian berhenti dan menjadi budayawan. Tulisan-tulisannya dimuat juga di koran-koran Pelita dan Merdeka. 
  6. Djamalul Abidin Ass, Sori Siregar dan Darius Umari masing-masing sebagai penulis naskah, penyiar dan reporter. Mereka tercatat sebagai sastrawan Indonesia versi Majalah Sastera. Sori Siregar masih dapat dibaca cerpennya di koran Kompas. 
  7. Asep Sujana. Penyiar. Masuk Golkar dan menjadi anggota DPR RI.

Itulah sejumlah nama yang mengharumkan nama RRI ditengah-tengah kesulitan yang ada. Tentu saja ini yang sempat membekas dalam ingatan penulis. Jika ada yang punya catatan lain silahkan menulis.

     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun