Kalau lebih dari 5 menit tidak papasan (kecuali malam hari) perlu diwaspadai apakah jalan tersebut tembus atau tidak, sebaiknya tanyakan penduduk setempat. Selain itu pantau juga warna jalan alternatif di aplikasi, apakah hijau atau merah, karena percuma keluar jalan tol kalau ternyata juga macet di jalan alternatif.
4. Kondisi geografis sekitar jalan
Kita bisa cek lewat mode satelit apakah jalan yang akan kita lalui melintasi perkebunan, hutan, atau permukiman penduduk. Lebih aman kalau di jalan yang dilalui lebih banyak permukiman penduduk karena bisa dipastikan tidak akan buntu. Tapi kalau lebih banyak warna hijaunya, pertanda kebun, sawah, atau hutan, perlu diwaspadai karena bisa jadi buntu, atau kalaupun tembus kondisi jalannya rusak.
5. Kondisi keamanan jalan
Ini tak kalah penting karena ada beberapa ruas jalan alternatif yang berpotensi rawan keamanan, seperti begal atau peminta-minta. Justru di jalur alternatif ini biasanya lebih banyak peminta-minta dengan modus perbaikan tempat ibadah atau sumbangan lainnya menjelang lebaran.Â
Kalau jalan lancar bisa diabaikan, tapi kalau agak macet perlu kehati-hatian, jangan sampai karena terburu-buru malah menabrak si peminta-minta. Hindari jalan di malam hari bila suasananya gelap atau sepi, kecuali ada kendaraan lain yang ikut melintas alias tidak sendiri.
* * * *
Sebaiknya jalan alternatif yang dilalui sejajar atau paralel dengan jalan utama, jangan sampai menyimpang terlalu jauh karena akan menghabiskan waktu untuk berputar.Â
Paling jauh radius 3-5 Km bila ditarik garis lurus antara jalan utama dengan jalan alternatif, kecuali jalan alternatifnya lebar seperti pantura Jawa. Hal ini untuk menghindari kemungkinan kesasar agar masih bisa kembali lagi ke jalur awal tanpa membuang waktu lama.
Lewat jalan alternatif memang mengasyikkan, tapi juga harus waspada dengan berbagai hambatan yang bakal kita temui. Jangan sampai karena ingin menghindari macet malah menemui banyak masalah. Tetap stay save dalam perjalanan, cepat boleh namun aman dan nyaman tetap diutamakan.