Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mudik yang (Tak) Tergantikan oleh Gawai

7 Juni 2018   16:24 Diperbarui: 7 Juni 2018   18:04 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Tol Trans Jawa Siap Menampung Arus Mudik (Dokpri)

Tradisi mudik sudah berlangsung sejak zaman awal Orde Baru ketika generasi muda zaman dulu mulai banyak hijrah ke kota-kota besar. Mudik adalah kembali ke kampung halaman setelah setahun penuh bekerja atau mencari sesuap berlian di kota besar. Selama mudik orang-orang bersilaturahmi dan saling memaafkan satu sama lain dengan sanak saudara, kerabat, dan teman sepermainan di masa kecil dulu. Mudik juga merupakan ajang prestise bagi mereka yang telah berhasil di kota besar untuk dipamerkan di kampungnya.

Zaman berubah, teknologi juga berubah dengan pesat. Kehadiran gawai membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah dan cepat. Komunikasi sesama saudara dan kerabat juga semakin intens, apalagi dengan adanya grup WA semakin memudahkan untuk berbagi informasi tanpa harus bertatap muka. 

Teknologi semakin membuat orang malas untuk berkumpul dalam satu meja atau nangkring rame-rame seperti dulu. Sekarang lebih banyak orang hang out sendiri atau beberapa orang saja di suatu tempat, tidak dalam kumpulan besar lagi kecuali reuni atau bukber.

Gawai juga memudahkan orang untuk berbelanja dan bertransaksi secara online, bahkan sebagian pekerjaan pun sudah bisa dilakukan di rumah tanpa harus ke kantor setiap hari. Mal mulai sepi, pertokoan besar mulai tutup dan memindahkan isinya ke gudang untuk dijual secara online. Perkantoran juga semakin efisien dalam pemanfaatan ruang sehingga banyak ruang kosong di gedung-gedung tinggi di pusat kota.

Namun keberadaan gawai tidak serta merta mengurangi minat orang untuk mudik. Rasa kangen ingin bertatap muka dengan bapak ibu kandung, sanak saudara, dan teman sepermainan tidak bisa digantikan oleh gawai, walaupun sudah bisa video call alias bertatap muka secara online. Kita tetap perlu bersalam-salaman dan berpelukan, menikmati ketupat sayur, dan nangkring di sudut rumah bersama keluarga besar. Mudiklah yang menyatukan sebuah keluarga besar yang sudah bertebaran di beberapa kota dan lain daerah.

Mudik juga mengingat kembali nostalgia dengan suasana kampung yang masih hijau, bersih, dan ramah lingkungan, walau tak semuanya masih seperti dulu. Kalau mudiknya ke kota lain juga sudah mulai terasa modernisasi yang diiringi oleh polusi udara. Namun nuansa mudik tak pernah berkurang walau suasananya telah berubah drastis, dari persawahan yang hijau menjadi permukiman dan pusat perekonomian baru yang mengubah sawah menjadi hutan beton.

Sampai kapanpun, mudik takkan pernah tergantikan oleh keberadaan gawai. Apalagi dengan dibukanya jalan tol Trans Jawa dan menyusul beberapa tahun lagi jalan Trans Sumatera semakin memperlancar arus mudik dari kota besar ke daerah. Bandara dan pelabuhan laut juga semakin nyaman, kereta api sudah tidak ada lagi yang tidak berpendingin udara. Semua fasilitas sudah tersedia untuk mudik lebaran.

Saya sendiri tetap mempertahankan tradisi mudik walau harus bergantian dengan istri. Sewaktu kecil saya nyaris tak pernah absen mudik ke kampung halaman di Jawa Tengah. Hanya sekali tidak mudik karena bertepatan dengan persiapan ujian SMP waktu itu. Setelah menikah, kadang mudiknya ke rumah orang tua di Jakarta, kadang ke Bandung, setelah itu dilanjutkan dengan travelling keliling Jawa. Sambil mudik, tradisi travelling tetap harus dijalankan bersama keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun