Menggapai Puncak Palasari

Tak kusia-siakan saat istirahat di warung, energi sudah banyak terkuras sehingga tubuhku perlu asupan cukup. Gorengan hangat dan segelas teh manis hangat menghilangkan lapar dan dahagaku. Saatnya untuk melanjutkan petualangan menuju puncak palasari.

Tidak jauh dari warung merupakan terdapat persimpangan antara patahan lembang yang minggu sebelumnya menjadi tujuan kami dan puncak palasari. Sesuai tujuan,  kami melangkah kearah petunjuk Puncak Palasari. 

dokpri

Medan yang kami hadapi sangat berbeda, kali ini kami lebih banyak menembus hutan, tanaman belukar seolah menutup tubuh kami. Belum lagi menghadapi tanjakan tanpa ujung. Berjalan adalah pilihan tepat menghadapi medan seperti itu. Terbersit rasa putus asa karena puncak tak kunjung terlihat.

Tapi aku selalu menjadikan momen seperti itu sebagai rekreasi, dibawa enjoy untuk mempertahankan semangat. Waktu terus berlalu, rintangan medan terus kami hadapi. Tak ada lagi keluh kesah, yang ada hanyalah mencoba terus tegar, menyemangati diri sendiri. Obrolan ringan selama perjalanan menjadi hiburan tersendiri. Celoteh lucu beberapa kawan seakan menghilangkan kejenuhan yang ada.

Aku masih ingat, sekitar 2km menjelang puncak adalah perjalanan paling berat. Di mana kondisi fisik sudah terkuras, ditambah medan sulit yang harus dihadapi. Tapi ternyata saat-saat seperti itulah yang akan menjadi penguat diri, belajar akan diri sendiri dan melihat sekitar. Itulah ajaran pertama yang aku dapatkan dari petualangan bersama kalian kawan.

dokpri

Hamparan tanah diantara pepohonan dataran tinggi, tidak luas tapi sangat berarti bagi kami. Plakat kuning bertuliskan Puncak Palasari menjadi penanda bahwa aku dan kawan-kawanku telah menggapainya.

Perjalanan menuju ke puncak aku anggap sebagai perjuangan yang berkesan. Tak ada rasa jera, sesal atau apapun itu. Ini adalah sebuah jawaban bahwa aku pernah melakukan sesuatu yang dulu tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. 

dokpri

Perjalanan 15km yang bagiku melelahkan,  sekejap terbayar dengan keberadaan kami di puncak ketinggian 1852 mdpl. Sangat bahagia  bisa melakukan petualangan seperti ini. 

Tidak lama kami berada di puncak,  karena masih menunggu tugas berikutnya,  pulang dengan melalui jalur yang sama.  Terbayang olehku jalur yang tadi merupakan tanjakan curah,  kali ini akan menjadi turunan curam yang akan kami hadapi.

Perjalanan pulang memang lebih cepat,  namun terasa berat ketika kedua kaki menopang beban badan. Sekali lagi kehati-hatian tetap menjadi yang utama kami.  Meminimalkan resiko adalah hal yang tak boleh hilang dalam pikiran kami. 

Singkat cerita,  kami telah berpetualang sepanjang 25km lebih.  Perjalanan yang mengesankan dan berarti. Aku berdoa, masih akan mampu berpetualang seperti itu di lain hari.