Mohon tunggu...
Istichomah Diyah Saputri
Istichomah Diyah Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

just enjoy your life

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Budaya Korea di Kalangan Remaja

1 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 1 Juli 2021   16:06 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korean Wave atau Hallyu adalah gelombang kebudayaan Korea Selatan yang telah menjadi hal yang sangat populer di banyak negara dan seluruh kalangan di dalam negara tersebut, bahkan telah menjadi sebuah trend di kalangan remaja Indonesia. Hallyu merupakan istilah yang dipopulerkan media China untuk merujuk pada budaya pop dan hiburan Korea Selatan, meliputi film, drama seri, musik, fashion, dan yang berhasil mempengaruhi negara-negara lain (Septyarti, 2011:16). Hallyu sudah memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia, terutama kaum hawa dan remaja.

Budaya Korea sudah cukup lama masuk ke Indonesia, yaitu berawal dari drama Korea yang tayang di stasiun televisi Indonesia. Drama Korea yang pertama tayang di televisi Indonesia berjudul Autumn in My Heart (2001), Jewel In The Palace, Boys Before Flowers, The Heirs, hingga  Secret Garden yang dibintangi oleh Hyun Bin. Penayangan drama Korea tersebut di tanah air  tentunya sudah melalui proses sunting oleh Lembaga Sensor Indonesia untuk menghilangkan adegan yang bertentangan dengan kebudayaan bangsa Indonesia.

Perkembangan teknologi saat ini, para remaja dapat mengaksesnya melalui perangkat seluler atau laptop mereka dan tidak hanya melalui televise saja. Di era saat ini remaja dapat mengakses atau menyaksikan drama Korea yang sedang tayang dengan cara streaming. Sreaming dapat dilakukan melalui berbagai aplikasi atau website di internet. Aplikasi yang sering digunakan adalah Netflix, VIU, IQIYI, dan masih banyak lagi yang tentunya sudah lengkap dengan terjemahan ke berbagai bahasa.

Beragam genre drama yang disajikan seperti romace, sejarah, magic, fantasi dan komedi menjadi salah satu daya tarik drama Korea. Selain genre, aktor dan aktris yang good looking juga menjadi daya tarik drama Korea. Pembawaan yang apik, matangnya ide cerita dan konsep dalam setiap episode drama korea meningkatkan rasa penasaran penonton untuk selalu menyaksikan kelanjutan ceritanya (Indah P, 2016). Meski terkadang memiliki jalan cerita di luar akal sehat, drama korea mampu menyajikan pesan mendalam kepada penontonnya dengan baik, yang dapat dijadikan sebagai motivasi dan pelajaran hidup. Menonton drama korea membuat penggemarnya dapat mengetahui kesesuaian pandangannya dengan nilai-nilai di masyarakat, menentukan perilaku, memenuhi rasa ingin tahu dan merasa lebih percaya diri (Sari, 2015).

Selain terkenal dengan dramanya, Korea Selatan juga terkenal dengan musiknya atau lebih dikenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop). Drama Korea menjadi awal masuknya K-Pop ke Indonesia. Berawal dari soundtrack yang menjadi pengiring tayangan drama Korea membuat penonton penasaran dengan penyanyinya hingga berlanjut hingga menikmati musik-musik korea lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kesuksesan drama popular seperti Goblin, Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo, Descendants of The Sun, Iteawon Class, Crash Landing On You, hingga Start Up yang sedang popular di Indonesia saat ini. Kebanyakan soundtrack tersebut dinyanyikan oleh penyanyi solo, boy band dan girl band Korea.

Menonton drama Korea dapat mempengaruhi rasa emosional, dimana para remaja kerap terbawa suasana saat menonton drama Korea. Rasa emosional yang sering timbul yaitu perasaan sedih dan terharu, geram, jengkel, marah, senang dan gembira. Rasa emosional ini tanpa sengaja muncul yang kisahnya tidak jauh berbeda seperti yang mereka alami. Selain itu ada upaya dan usaha remaja untuk menirukan perilaku pemeran drama Korea mengekspresikan rasa emosionalnya dalam menghadapi suatu hal.

Pengaruh menonton drama Korea terhadap cara berbusana remaja, para remaja sangat mengidolakan pemeran drama Korea. Remaja akan terinspirasi oleh gaya berbusana para pemeran drama Korea dan sebisa mungkin menirukan gaya busananya. Dalam hal ini terdapat dampak positif dan dampak negatif, dampak positif yang didapat yaitu para remaja menjadi mengetahui trend fashion kelas Internasional, akan tetapi tidak semua trend fashion kelas Internasional sesuai dengan keadaan di lingkungan para remaja, terutama adanya perbedaan budaya. Para pemeran drama Korea menggunakan rok atau celana ketat, menggunakan baju dengan potongan dada rendah menjadi hal yang biasa digunakan, tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan para remaja dimana menggunakan busana tersebut akan dinilai kurang sopan oleh orang lain di lingkungan sekitar.

Kemudian adanya pengaruh menonton drama Korea terhadap hal menggunakan make up, setiap negara mempunyai gaya make up yang berbeda. Korea Selatan mempunyai gaya make up yang natural, sedangkan Amerika mempunyai gaya make uplebih tebal dan berani. Hal tersebut akan lebih memberikan dampak negatif kepada perilaku remaja yang menirukan gaya menggunakan make up karena tidak sesuai dengan usia para remaja, dan akan terlihat lebih dewasa untuk ukuran anak sekolah. Selain itu pihak sekolah akan melarang para muridnya untuk menggunakan make upyang mencolok dan berlebihan.

Drama Korea memiliki pengaruh pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Para remaja menggunakan adopsi bahasa atau kosa kata dalam Bahasa Korea pada saat berinteraksi dengan teman-teman yang lain baik sesama gemar menonton drama Korea atau bukan. Kosa kata yang sering digunakan yaitu berupa kata kamsahamnida/gomawo yang mempunyai arti terima kasih, mianhae yang mempunyai arti maaf. Mereka lebih gemar menggunakan kosa kata dalam bahasa asing dibanding bahasa nasional negaranya sendiri.

Semakin berkembangnya Korean Wave di Indonesia menjadikan kemungkinan plagiarisme atau peniruan semakin besar. Selain itu kegiatan plagiarisme juga memberikan dampak negatif bagi plagiatnya. Mereka menjadi tidak kreatif dan tidak bisa berkreasi sendiri, hal ini dapat menjadikan seorang plagiat menjadi orang yang malas. Sedangkan dapat kita lihat pada kenyataan yang terjadi di Indonesia, banyak boyband dan juga girlband yang banyak bermunculan di layar kaca. Jika hal ini terus berlanjut, aliran musik Indonesia dapat berganti menjadi seperti musik Korea dan dapat melunturkan musik asli Indonesia.

Boleh saja mengikuti perkembangan zaman termasuk Hallyu, namun harus diingat bahwa nasionalisme harus tetap ada dalam diri masing-masing terutama para remaja yang nantinya akan menjadi penentu arah bangsa. Remaja juga perlu belajar tentang kebudayaan Indonesia yang tak kalah apik dengan kebudayaan Korea. Sudah sepatutnya, masyarakat Indonesia selektif dalam memilih tontonan, busana yang dikenakan, dan mengambil tindakan sebagai cerminan jati diri Bangsa Indonesia, terutama para remaja yang menjadi harapan bangsa Indonesia di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun