Mohon tunggu...
Diyah Ulan Ningrum
Diyah Ulan Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi saya adalah menulis, baik menulis artikel ataupun semacamnya. Saya memang orang yang dikategorikan sebagai pemikir. Oleh sebab itu, saya ingin sedikit berbagi bacaan kepada teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Takut Berkata Tidak? Stop Pleaser People

5 November 2022   08:57 Diperbarui: 5 November 2022   09:00 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takut Berkata TIDAK? STOP Pleaser People

Manusia itu hidup dengan prioritasnya masing-masing. Mereka memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan diri mereka sendiri. Melaksanakan apa yang perlu mereka kerjakan. Hidup itu berjalan berdasarkan arah yang kita jalankan. Laksana sebuah sepeda yang melaju dengan kehendak kita. Kemana kita mengarahkannya, maka disitulah kita akan sampai pada tujuan. Namun terkadang semua hal itu terhalang oleh pembicaran orang lain. Dan kebanyakan dari kita itu hidup dalam aturan orang lain. Manusia memang dikatakan sebagai makhluk sosial, yang mana mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Akan tetapi, meskipun dengan begitu bukan berarti orang lain akan semena-mena meremot diri kita. Begitu pula sebaliknya, kita tidak harus selalu menuruti kemauan orang lain. Dalam kehidupan ini sering kali kita jumpai permasalahan terkait hal tersebut yang terjadi khususnya pada anak.

Permasalahan seperti itu terjadi dan timbul secara runtut dalam waktu yang relatif lama dan bahkan dengan tanpa sadar diri kita termasuk korban didalamnya. Ada seorang anak yang dari masa kecilnya sudah dituntut untuk menjadi ini dan itu, menjadi manusia yang sempurna dimata orang tuanya. Mereka dipaksa dengan aturan-aturan agar menjadi seperti kemauan orang tua. Dan bahkan ada beberapa orang tua yang menuntut anaknya untuk menjadi seperti orang lain. Pada hakikatnya kemampuan, keahlian, kecerdasan setiap orang itu berbeda-beda. Nah akibat dari didikan sedemikian itulah yang nantinya akan mempengaruhi pola berpikir seorang anak sehingga menjadikan anak tersebut lebih lemah dan kurang memiliki perasaan percaya diri hingga mereka tumbuh dewasa. Banyak kita temui berbagai konflik dalam keluarga yang berawal dari sebuah tuntutan. Seperti yang kita ketahui banyak anak yang hidupnya diatur oleh orang tua. Harus menjadi ini dan itu. Disitulah perkembangan otak anak akan terhambat dan mereka akan berpikir dalam konteks jangka pendek. Dan mayoritas anak yang telah terjerumus dalam didikan tersebut akan memiliki rasa putus asa yang tinggi. Mengapa? Karena mereka akan beranggapan bahwa dirinya tidak mampu menjalankan apa yang mereka inginkan  seperti halnya yang dilakukan oleh orang lain.

Dalam hal apa kehidupan seorang anak itu dituntut? Menurut saya sendiri, dalam hal apapun mulai dari cita-cita, pendidikan dan bahkan jodohpun dituntut untuk sempurna dimata orang tua dan orang lain. Kita tidak diberikan kebebasan dalam memilih sesuatu sesuai dengan apa yang kita mampu. Padahal  kemampuan seseorang itu berbeda. Ada yang mampu dan ahli dalam hal bidang A, ada yang mampu di bidang B. Semua sesuai dengan kapasitas individu seseorang. Jika seorang anak hidup dalam berbagai tuntutan, maka apa yang mereka kerjakan hanya sebatas keterpaksaan. Dan sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa itu tidak akan membuahkan hasil yang baik.

Permasalahan ini bisa muncul karena beberapa faktor. Salah satunya faktor yang didasari dalam diri kita sendiri. Kita takut berkata tidak kepada orang lain atau kita menyebutnya dengan istilah "ga enakan". Kita itu lebih menomorsatukan kebahagiaan orang lain daripada kebahagiaan diri sendiri. Lebih menyenangkan hati orang lain dan menuruti semua permintaanya. Mengapa? Karena hati kita telah dirampas oleh mereka. Diri kita telah diatur dan dijalankan oleh orang lain, sehingga kita menjadi orang yang tidak enakan terhadap orang lain.

Majalah sunday
Majalah sunday

Dari masing-masing manusia memiliki kemampuan yang dinamakan kemampuan intrapersonal. Dimana dalam kemampuan tersebut akan menjadikan seseorang untuk memahami diri sendiri atau self awareness. Jadi dalam hal ini kita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perasaan, pikiran, dan tindakan kita sendiri. 

Kita harus bisa mengontrol agar kemampuan atau kecerdasan yang kita miliki bisa bekerja dengan seimbang (master of none). Sebenarny kita sadar bahwa kita memiliki pilihan tersendiri. Prioritas, perasaan, dan kemauan. Namun karena terlalu banyak kekangan maka hal tersebut terhambat dan tidak bisa berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan sebelumnya. Sesungguhnya dalam mencapai semua hal tersebut harus adanya sebuah dukungan (privellege), jadi bukan hanya sekedar minat atau bakat. Memang benar antara dukungan, minat, dan bakat merupakan suatu gabungan yang saling berkaitan satu sam lain dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu dalam hal ini, dukungan dari orang-orang sekitar kita terutama keluarga adalah hal pokok sebagai pemicu dalam memotivasi semangat kita untuk mencapai tujuan.

Bayangkan saja ketika ada seorang anak yang memiliki minat serta bakat, namun dia tidak memiliki dukungan sama sekali baik dari lingkungan internal/ keluarga maupun eksternal, maka kemampuan atau kecerdasan yang dimilikinya masih mencapai kategori rata-rata atau bisa dikatakan tidak akan berjalan dangan maksimal. Bisa kita ambil contoh misalnya, kita bercita-cita menjadi pelukis. Kita telah memiliki bakat menggambar sejak lama dan bahkan telah mahir. Begitu pula minat kita dalam bidang tersebut sudah pasti dan bulat. Nah disisi lain, orang tua kita tidak setuju dengan cita-cita kita dan menuntut kita untuk sesuai kemauan mereka. Apa yang bisa kita bayangkan? Ya, pasti kita tidak akan bisa menjalankan rencana kita. Begitu pula ketika seorang anak memiliki dukungan dari berbagai pihak meskipun minat dan bakatnya masih minim, maka kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya akan meningkat meskipun belum begitu maksimal, namun tetap ada dorongan/ dukungan dari keluarganya. Namun, di saat anak memiliki ketiganya, baik minat, bakat ataupun dukungan maka kecerdasanya akan maksimal dan apa yang mereka tuju akan tercapai dengan mudah. Begitu pentingnya sebuah dukungan dari berbagai pihak terhadap perkembangan seorang anak dalam menjalani kehidupan.

Banyak sekali implikasi yang muncul akibat dari permasalahan ini. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan jadilah diri sendiri, jangan menjadi diri orang lain. Kita beda dengan orang disekitar kita. Kita memiliki prinsip dan kemajuan yang berbeda pula. Jadi mereka atau orang lain tidak berhak menuntut kita untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Do not please others if you become a victim yourself.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun