Mohon tunggu...
Ditenta KurniaTasya
Ditenta KurniaTasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa BKI'19

Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suka Duka Tinggal di Pondok Pesantren

19 September 2021   15:43 Diperbarui: 19 September 2021   15:50 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pondok Pesantren? sekilas ketika kita mendengar kata-kata pondok pesantren pasti terlintas jauh dari orang tua, banyak aturan, tidak bisa jalan-jalan, gaptek, ketinggalan jaman lah atau bahasanya nanti ga kekinian lah, dan sebagainya yang sudah mendoktrin bahwa tinggal di pondok pesantren itu gak banget lah. Padahal sebenarnya pemikiran itu hanayalah ketakutan yang sementara meraka ciptakan dari imajinasi mereka sendiri. Sebaliknya justru pesantren ini sangatlah menarik dan menyenangkan dimana selain kita dapat belajar pelajaran umum juga  bisa mendalami pelajaran agama, yang dimana akhirnya kita lebih unggul dari yang lainnya. Sebab paham ilmu umum untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada dan paham ilmu agama sebagai bekal nanti ketika kita terjun di masyarakat dan sekaligus bekal di akhirat.

Cerita suka duka tinggal di pondok pesantren ini berasal dari pengalaman pribadi saya sendiri, ketika lulus dari sekolah dasar, kedua orang tua saya menyarankan agar saya melanjutkan pendidikan smp yang berbasis pondok pesantren. Awalnya saya enggan untuk lanjut ke pondok pesantren karna saya ingin masuk smp negeri favorit yang ada di kota saya bersama dengan teman-teman dekat saya. Sampai akhirnya suatu hari pondok pesantren yang di pilih orang tua saya mengadakan OPEN HOUSE dan lomba MIPA. 

Tertarik lah saya mengikuti Lomba MIPA bersama dengan teman-teman dan orang tua saya sangat mendukung itu.  Nah dari situlah akhirnya saya dengan senang hati mau masuk ke pondok pesantren. Dan langsung mendaftar PPDB di Smp yang sekaligus berbasis pondok pesantren tersebut dan alhamdulillah lolos menjadi siswa sekaligus santri di smp berbasi pondok tersebut.

Tibalah hari dimana tahun ajaran baru dimulai, setiba di pesantren kita disambut oleh ustadzah maupun kakak-kakak pengurus yang berpakaian rapi dan menggunakan jas, kemuadian mengarahkan kita ke kamar dan juga membantu membereskan barang-barang yang diperlukan selama di pondok. Sampai akhirnya waktunya orang tua untuk pulang, disinilah saat-saat paling mengharukan dan menangis ketika kita benar-benar harus hidup mandiri tanpa orang tua.  Setelah semua orang tua wali santri pulang para santri baru dikumpulkan untuk mulai berkenalan satu sama lain. 

Hal yang paling menenangkan di pondok pesantren ini adalah ketika kita 24 jam bisa bersama dengan teman, tidak takut dimarahin ketika bermain sampai malam hari karena kita memang sudah hidup bersama dengan teman, makanan sehari-hari pun sama, tempat mandi sama, mendapatkan fasilitas dan perlakuan yang sama bermain dan belajar pun kita lakukan bersama. Saling menyemangati satu sama lain saat ada yang mendapat masalah ketika ada yang sakit membantu merawat teman yang sakit. Meskipun duka nya tiba-tiba teringat atau rindu rumah, harus bangun pagi, hidup disiplin tapi percayalah ketika kita melakukannya bersama dengan teman-teman semua beban yang terasa berat menjadi menyenangkan. Untuk kalian yang mau melanjutkan pendidikan di pondok pesantren jangan takut karena sesungguhnya mondok itu menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun