Jika kita melihat para Jemaah haji, selalu berpakaian serba putih dengan kain yang sekedar digunakan untuk menutup tubuh dari terik matahari. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengenakan pakaian berwarna putih. Pakaian inilah kemudian yang disebut pakaian ihram. Pakaian ini harus dikenakan ketika melakukan ibadah haji. Tak memandang status ekonomi, ras, suku kulit dan para Jemaah yang berasal dari berbagai negara sekalipun.
Berdasarkan banyak referensi, pakahan ihram ini bukan hanya sebatas sepotong kain berwarna putih saja. Pakaian warna putih ini bisa diartikan sebagai bentuk kesucian. Setiap Jemaah yang ikut ibadah haji harus bisa membersihkan hatinya dari segala pengaruh negative. Warnah putih juga bisa diartikan sebagai symbol sebuah kesederhanaan. Apalagi pakaian ihram hanyalah kain tanpa ada jahitan sama sekali. Kesederhanaan ini tidak hanya terlihat dari luar, tapi juga harus dari dalam hati.
Jemaah yang kaya atau pun miskin harus mengenakan ihram yang sama. Mau presiden hingga rakyat biasa, ketika menjalankan ibadah haji harus mengenakan ihram. Bahkan ketika pakaian ihram yang dikenakan kotor, tidak boleh mengenakan pakaian yang berbeda.
Dengan warna putih, semuanya terlihat sama. Sama-sama makhluk biasa yang sedang menjalankan ibadah di Tanah Suci. Ingat, semua orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Tuhan. Yang membedakan adalah kadar keimanannya. Dan keimanan seseorang tidak dilihat dari warna kulit, harta ataupun yang lain.
Bayangkan, jika jutaan orang yang melakukan ibadah haji bebas mengenakan pakaiannya. Tentu semua orang akan berlomba-lomba mengenakan pakaian terbaiknya. Setiap orang mungkin juga akan berlomba mengenakan perhiasan, dan lain sebagainya.
Di sinilah perlunya ihram, yang mampu menyamakan semua orang dengan berbagai macam latar belakang. Para Jemaah dengan warna putih ini menunjukkan harmoni yang indah. Keragaman dalam beragama bisa membuat semua orang tetap bisa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, persatuan dan perdamaian.
Kesetaraan dalam ibadah haji ini, akan jauh lebih bermanfaat, jika diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Bayangkan jika di dunia nyata dan dunia maya, semua orang menjunjung tinggi nilai kesetaraan, tentu tidak ada lagi orang atau kelompok yang merasa benar, merasa mayoritas, ataupun merasa lebih lainnya. Tak ada gunanya merasa lebih unggul. Ingat, kita yang berhak lebih unggu itu hanyalah Allah SWT.
Tak boleh ada di antara kita yang merasa lebih dari yang lainnya. Karena sejatinya kita tidak ada apa-apanya bagi Allah. Mari kita doakan agar umat muslim yang menjalankan ibadah haji saat ini, akan menjadi haji yang mabrur.