Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Rekonsiliasi Pasca Pilkada, Berkacalah dari Malaysia

2 Juli 2018   17:20 Diperbarui: 2 Juli 2018   18:43 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berbicara tentang rekonsiliasi, maka tidak lepas dari tersambungnya kembali hubungan antara Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim dalam sebuah koalisi yang dinamakan Pakatan Harapan (PH). Koalisi ini menumbangkan koalisi Barisan Nasional - BN (UMNO masuk di koalisi itu) yang berkuasa sejak Malaysia merdeka tahun 1957.

Kini PH yang terdiri dari empat partai (termasuk Partai Keadilan Rakyat -PKR) yang beraliran kiri sampai tengah, diketuai oleh istri Anwar Ibrahim yaitu Wan Azizah Wan Ismail pada tahun 2015. Wan Azizah juga ketua PKR.

Koalisi BN yang mengusung perdana menteri yang berkuasa saat itu yaitu Najib Razak, pada pemilu Malaysia lalu kalah telak melawan PH karena PH mengusung Mahathir Mohammad. Memang PH dipilih oleh mayoritas rakyat karena alternatif pembaharuan dan cita-cita anti korupsinya.

Kenapa rekonsiliasi Mahathir dan Anwar Ibrahim penting untuk Malaysia dan mungkin bisa menjadi inspirasi bagi negara-negara kawasan Asia ? 

Bagi yang mengikuti sejarah ASEAN, tentu ingat krisis finansial Asia yang melanda banyak negara di Asia Timur pada pertengahan 1997. Krisis dimulai di Thailand dan disebut krisis Tom Yam Gung, ditandai dengan jatuhnya nilai tukar Baht setelah pemerintah Thailand dipaksa untuk mengambangkan mata uang Baht.

Negara yang paling parah dilanda krisis selain Thailand, adalah Korsel dan Indonesia. Sedangkan Hong Kong, Laos, Malaysia dan Filipina juga terkena dampak, tapi pada nilai mata uang. Sedangkan Brunei, Cina, Singapura, Taiwan dan Vietnam tidak terlalu terdampak nyata, tapi ikut merasakan turunnya kepercayaan investor.

Indonesia menerima tawaran IMF untuk dana talangan demi menstabilkan kurs mata uang rupiah terhadap dolar. Talangan sejumlah 40 miliar US $ digelontorkan oleh IMF untuk menstabilkan mata uang Korsel, Thailand dan Indonesia.(Menurut Kwik Kian Gie, dari jumlah itu tak ada cash se-senpun yang dipakai, karena hanya untuk jaminan) . Indonesia terjebak pada skema penstabilan rupiah dengan resiko yang terlalu besar. Puncak krisis itu berupa mundurnya Soeharto pada tahun 1998 dan era Reformasi di negara kita dimulai.

Malaysia lebih cerdas. Mereka menolak tawaran IMF dan bertekad untuk mengoptimalkan dana dari dalam negeri untuk memperbaiki keadaan. Di kemudian hari langkah yang diambil ini dinilai tepat karena PM Malaysia saat itu : Mahathir Mohammad, terbukti sukses menyelamatkan ekonomi dan mata uang Malaysia stabil tanpa campur tangan IMF. Penolakan ini menyebabkan perpecahan di kalangan pemerintah Malaysia.

Deputy PM Malaysia saat itu sekaligus menteri Keuangan Malaysia yaitu Anwar Ibrahim lebih cenderung untuk menerima uluran tangan IMF. Perbedaan dengan Mahatir menyebabkan Anwar Ibrahim dipecat dari kabinet dan UMNO. Setahun kemudian yaitu pada 1999 Anwar dijebloskan ke penjara oleh Mahatir dengan dakwaan sodomi yang selalu dibantah oleh Anwar Ibrahim. Setelah bebas pasca 2004 , Anwar kembali dipenjara tahun 2014 dan tahun 2018 lalu dibebaskan dengan pengampunan dari raja Malaysia.

Wan Azizah Wan Ismail melanjutkan perjuangan dengan mendirikan PKR. Tahun 2016 Anwar dan Mahatir melakukan rekonsiliasi. Mahatir bergabung dengan koalisi PH dan dalam Pemilu Malaysia melawan BN dibawah Nadjib.

Alasan utama Mahatir  berekonsiliasi dengan Anwar Ibrahim adalah karena kasus korupsi  PM Nadjib. Mahatir selama ini memang otoriter tetapi merasa tidak pernah mencuri uang dari rakyat atau yang bukan haknya. Karena itulah, meski usianya sudah 92 tahun dia menyatakan akan membawa Malaysia kembali pada cita-cita bersama  dan melawan Najib di Pemilu Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun