Drama panjang penentuan cawapres pendaping Jokowi terkesan menemui titik temu, upaya mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk membuktikan keberpihakannya terhadap umat, dibuktikan dengan memilih ulama Kiyai Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden pendampingnya.
Pilihan politik tentu mempunyai maksud, Jokowi ingin meredam sentimen anti Islam yang dicitrakan pada dirinya dan sekaligus merespon isu SARA dan PKI yang dituduhkan selama ini. Sang Kiyai diharapkan mampu mengambil empati pemilih muslim.
Realitanya, seberapa besar pengaruh massa alumni 212 dalam Pilpres 2019? Sulit dipikir secara logika massa reuni 212 memilih Jokowi.
Terpampang nyata bahwa massa reuni 212 antipati kepada pemerintahan Jokowi, mereka menyampaikan pendapat, pikiran, aspirasi dan berkumpul dalam peristiwa tersebut.
Ketidak hadiran Jokowi dalam reuni 212 pun merugikan elektabilitas dirinya. Di mana panggung gratis umat Islam menjadi milik Prabowo, alumni 212 dan umat Islam semakin solid menguatkan dukungannya pada Prabowo karena soal sikap dan keberpihakan Prabowo terhadap umat.
Seperti yang tersebar dari beberapa grup WhatsApp, harus diakui bahwa Ma'ruf saat ini menjadi liability bagi pertahana. Apa yang direncanakan tidak sesuai dengan realisasi di lapangan.
Apakah Ma'ruf berhasil dongkrak elektabilitas Jokowi di mata umat? Dapat dikatakan pengaruh Ma'ruf terhadap incumbent tidak mampu memperluas basis dukungan baru, bahkan cenderung kontra produktif.
Pertimbangan yang tidak komprehensif juga dapat dilihat dari resistensi yang cukup tinggi baik dari pendukung Mahfud MD maupun Ahok.
Dicoretnya nama Mahfud dalam bursa cawapres Jokowi di menit-menit terkahir tentu menyisakan luka dalam yang berujung pada kekecewaan dan menurunnya loyalitas dalam memperjuangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Hal yang sama juga terjadi pada pendukung Ahok, nama Ma'ruf Amin tentu bukan nama baru dalam jasanya mengantarkan Ahok ke 'jeruji besi' dalam pusaran kasus Al-Maidah, fatwa fenomenal MUI yang mem-vonis Ahok sebagai penista agama menjadi bola panas saat itu.
Kekecewaan ini sepertinya harus dikelola dengan baik untuk memantapkan optimisme masyarakat memilih Jokowi dan tidak mengalihkan dukungan pada kandidat lain serta tidak golput.