Mohon tunggu...
Mahendra Dilegant
Mahendra Dilegant Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cerpenis, Catatan Perjalanan dan Filosofis Esai.

Membebaskan diri dari segala belenggu duniawi dengan menulis. Menyukai kebebasan tulisan yang mengandung sarkasme dan liberal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Balada Pesantren: Kresna dan Semangat Santri Al kaukab yang Tidak Akan Padam

11 Mei 2022   21:50 Diperbarui: 11 Mei 2022   21:58 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas bertapa tiga harian untuk mempersiapkan ujian Matematika di kampus, aku akhirnya menindak semua agenda yang sudah disisipkan di buku catatak kecil yang biasanya aku bawa setiap hari. Satu catatan di urutan ke lima dari 200 agenda yang aku rencanakan bulan ini, mengisi rubrik mingguan ku dengan cerita-cerita santri Al Kaukab, pesantren tempat ku dulu mengabdi yang sekarang santri-santrinya sedang menikmati masa liburan di rumah. 

Tiba-tiba terlintas untuk ku menelpon santri kelas 8A, Kresna namanya, ia adalah seorang pendengar yang baik di pelajaran bahasa Inggris yang sempat saya ajarkan di sana, kadang-kadang ia juga yang biasanya menganggu malam ku dengan meminta diceritakan tentang ilmu-ilmu sosial yang liberal dan eksplosif dalam kacamata anak-anak umum.

Tapi, aku mencoba berusaha untuk tidak terkejut kali ini! Pertama! Ia menjawab teleponku dalam bahasa Inggris dan selalu menggiringku untuk selalu berbahasa Inggris dengannya! What? Seingatku dulu ia sama sekali tidak selancar itu dalam menggunakan bahasa asing, apalagi inggris! 

"Kresna? Ini benar-benar kamu apa gimana?" Aku benar-benar heran, setahuku juga pesantren Al Kaukab purely pesantren yang mengkedepankan program Tahfidz, bagaimana bisa ia berbahasa Inggris dengan accent yang cukup menarik juga? 

"Di pesantren sekarang kami lagi gencar-gencarnya mempelajari bahasa asing ustadz, seminggu bahasa Arab dan minggu depannya lagi bahasa Inggris. Terus tiap sore kami diberikan kosakata, kadang-kadang juga dilatih untuk berbicara berhadap-hadapan selama beberapa menit!"
Wait Kresna! Bukankah itu hal yang umum? Terus apa bedanya dengan pesantren-pesantren yang lain? Bukankah aku dulu juga alumni pesantren dan semua orang tahu bahwa di pesantren modern berbahasa asing itu adalah kewajiban. Tapi pertanyaannya, bagaimana bisa kamu menggunakan bahasa Inggris dengan accent Inggris yang bagus? Kamu kan tidak bersekolah di sekolah Internasional yang SPP nya mencapai ratusan juta? Anak pesantren biasanya hanya bisa berbahasa Inggris tapi tidak dengan accent itu? Di kelas 8 SMP? What?
"Evaluasi disini ketat ustadz. Kalau tidak berbicara sehari saja langsung dihukum. Tapi.....

Aku benar-benar menaroh kupingku untuk menyimak kalimat selanjutnya dari nya..

"Disini kami juga memiliki kelas peminatan bahasa Inggris dan Arab, Jadi di luar kelas, ada klub bahasa Arab dan Inggris terus ada juga kelas peminatan dan pemberian kosakata harian. Lalu di masing-masing kamar ada musyrif asrama yang akan membimbing anak-anak santri yang masih belum lancar berbahasa, kalau di kamar kami ustadz, ustadz nya nggak kaya antum kemaren hihi.. yang suka mempengaruhi santri untuk membaca dan pintar di kelas saja, tapi ustadz kami sekarang menyuruh kami untuk lebih aktif, kami dilatih berorganisasi dan berbicara dalam bahasa asing di depan umum."
Sebelum menutup telepon, saya sempat menanyakan cita-cita Kresna ini, "Kresna, kan dulu Imam Syafi'i pernah bilang, kalau pintu-pintu di masa depan itu adalah kesempatan untuk sukses, maka kuncinya adalah cita-cita dan motivasi, lalu apa cita-cita dan motivasimu kedepannya!"

"Saya ingin masuk MIT ustadz! Kan ustadz Dirja gagal tuh ke Amerika hihi, nah saya pasti berhasil!"
Aku sebenarnya jengkel dengan jawaban ini, tapi jauh di lubuk hati aku bangga dengan pikiran Kresna yang luas. MIT adalah kampus nomor satu di dunia! Bahkan orang-orang cerdas di Amerika sendiri belum tentu mampu untuk tembus ke sana. Tapi aku tahu bahwa Kresna beda.
Akhirnya saya hanya berpesan ke adik santri yang satu ini. "Berpriksiplah seperti Abu Bakar, yang berkata bahwa semua bumi ini milik Allah. Saat Abu Bakar hijrah ke Madinah, ia tak membawa apapun. Namun ia sukses disana, sampai bisa jadi Presiden disana hehe (baca Khilafah), Abu Bakar juga sangat disegani di barat. Bahkan ia menjadi buah perbincangan ilmuan-ilmuan politik sana sebagai presiden yang paling berhasil sepanjang masa. Nah, bila kita ikhtiar semuanya milik Allah dan menyerahkan diri kita kepadanya, maka yang harus kita lakukan adalah istiqomah, kerja keras dan pantang menyerah."
Semoga sukses selalu ya Kresna, dan makasih udah sharing-sharing untuk mengisi rubrik minggu ini..

Istanbul, 11 Mei 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun