Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keluarga Tidak Ideal yang Menjalankan Ramadan

23 Mei 2018   14:53 Diperbarui: 23 Mei 2018   15:08 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya paling benci dibangunkan Bapak untuk sahur.

Belasan tahun yang lalu, saya yang masih duduk di bangku SD begitu kesal setiap kali dibangunkan sahur oleh Bapak. Bukannya apa-apa, tapi bapak saya itu kalau sahur kelewat pagi, rata-rata pukul 3. Sementara, batas waktu imsak masih sekitar satu setengah jam setelahnya.

Saya yang semenjak dahulu setuju dengan pendapat bahwa sahur harus diakhirkan, akhirnya cenderung tidak mau bangun jika bapak yang membangunkan. Kalau selimut ditarik, saya akan tarik kembali dan melanjutkan tidur barang setengah atau satu jam lagi.

Berbeda halnya kalau ibu saya yang membangunkan. Sibuk masak, ibu memang tak membangunkan kami (saya dan kedua adik) kecuali makanan sudah siap tersedia di meja makan. Jadilah alarm saya adalah suara ibu. Kalau ibu sudah berseru memanggil, artinya itu waktu imsak tinggal setengah jam lagi, dan saya harus bergegas untuk melaksanakan sahur.

Terakhir Saya Sekeluarga Makan Bersama Satu Meja Saat Sahur

Jujur, saya sudah tidak ingat. Mungkin malah tidak pernah.

Yang ada dalam memori saya, rutinitas keluarga kami memang tidak seperti keluarga pada umumnya. Bapak akan bangun sepanjang malam, sahur pukul 3 pagi, lalu tidur lagi sampai waktu subuh. Kerap ia memasak sendiri makanan yang ingin dimakannya ketika sahur.

Ibu mungkin bangun pukul 3 (saya selalu bangun lebih lambat dari ibu, jadi tidak tahu persisnya). Kemudian memasak untuk anak-anak dan dirinya sendiri. Kadang bapak juga menemani ibu mengobrol, atau di ruang tengah menyalakan televisi.

Yang saya ingat, dulu bapak dan ibu hobi sekali menonton ceramah Quraish Shihab di televisi saat sahur. Dulu saya yang masih bocah sering diam-diam mengganti kanal televisi ke acara yang menurut saya lebih menarik, seringnya acara lawakan saat sahur.

Gambaran tentang keluarga ideal yang makan masakan ibu bersama-sama di meja makan sambil mengobrol benar-benar tidak pernah benar-benar hadir di keluarga kami.

Ketika Jauh, Kondisi Tidak Ideal Itu Justru Membuat Rindu

Saya kemudian merantau untuk melanjutkan studi ke kota lain. Untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri hidup sendiri.

Namun menjalani Ramadan di kala sendiri itu nelangsa sekali. Tidak terbiasa bangun membuat saya kerap kelewatan sahur. Walaupun dering telepon sudah berisik sekali memanggil, kalau kelelahan saya memang sulit bangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun