Mohon tunggu...
Boby Lukman Piliang
Boby Lukman Piliang Mohon Tunggu... Politisi - Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Magnet Politik JK

28 Maret 2019   17:36 Diperbarui: 28 Maret 2019   17:54 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Entah apa maksud Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK saat menjawab pertanyaan wartawan terkait sikap politik keponakannay Erwin Aksa yang membelot membela kandidat Cawapres saingan calon yang didukung oleh partainya. Mungkin saja JK tengah bermain dua kaki, atau memang JK tidak tahu menahu terkait sikap Erwin. Namun yang jelas, JK memang seorang politisi ulung.

Sebagai politisi, JK telah mencapai posisi paripurna dalam partainya. Apalagi posisi yang diidam idamkan seorang kader partai selain jabatan Ketua Umum?, jelas tidak ada. Dan Jusuf Kalla sudah mendapatkan semuanya. Sebagai politisi Ia sudah menjadi Ketum Partai Golkar, dan sebagai warga negara ia sudah mencapai posisi tertinggi sebagai Wakil Presiden dan pernah pula bersaing untuk jabatan Presiden meski ia gagal merengkuhnya.

Menjadi bagian dari koalisi Jokowi - Amin, JK didapuk sebagai Ketua Dewan Pengarah Koalisi. Ia menempati posisi itu dengan suka cita. Namun tiba riba keponakan tersayang, Erwin Aksa membelot. Mungkin JK marah, mungkin pula ia senang senang saja. Sebab ia jelas tau persia bahwa sikap dan pilihan politik siapapun tidak bisa dipaksa meski seorang ponakan dan anak sekalipun.

JK memang memiliki keunikan tersendiri. Menempati posisi strategis di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin. Akan tetapi dengan kelihaiannya, ia tetap bisa menjaga memainkan peran dan menjaga jarak aman. Banyak pengamat menyebut bahwa JK tengah bermain dua kaki dan bermain aman. Namun sejatinya JK tengah bersikap objektif.

Sikap objektif Jusuf Kalla terlihat dari segala macam statemennya yang dilontarkan baik sebagai kritik kepada para bawahannya maupun kepada Jokowi sebagai teman sejalan. JK memainkan itu dengan lincah. Ia, meski menjadi Ketua Dewan Pengarah Kampanye Nasional, namun tidak kehilangan sikap sebagai seorang pribadi yang bebas.

JK pernah terkesan membela Prabowo soal lahan di Kalimantan Timur dan di Aceh Tengah. "Saya tahu Pak Prabowo punya lahan luas di Kalimantan Timur sebesar 220 ribu hektare, dan 120 ribu hektare di Aceh Tengah. Ingat, pembagian-pembagian seperti ini tidak dilakukan di masa pemerintahan saya," kata Jokowi saat itu.

Jawaban JK itu justru mengejutkan. Disaat tudingan dialamatkan dengan deras ke wajah Prabowo, JK justru menyatakan dirinyalah sosok yang ikut terlibat dalam pemberian HGU lahan tersbeut ke Prabowo. Bagi kubu Prabowo, pembelaan JK dianggap sebagai angin segar, namun bagi kubu Jokowi, hal itu mematikan kartu serangan mereka ke Prabowo.

Penjelasan JK menjadi antiklimaks dari serangan kubu Jokowi. Tadinya serangan dimaksudkan untuk menyinggung Prabowo yang disebut sebut menguasai ratusan ribu hektare lahan dengan latar belakangnya sebagai mantan menantu Soeharto.

Jusuf Kalla, meski hari ini tidak bisa lagi mencalon sebagai Cawapres dan tidak pula mengadu nasib kembali di pentas Calon Presiden, ia tetaplah magnet politik yang memiliki daya tarik luar biasa. Pengaruhnya di kalangan elit politik dan tokoh masyarakat di Indonesia Timur tidak bisa dianggap enteng dan dipandang sebelah mata. Jadi tak heran ketika Erwin Aksa serta kerabat JK menghadiri acara kampanye akbar Prabowo di Makasar ada kerabat JK yang datang, wajar saja ada yang ketar ketir dan menuding JK tengah bermain api.

Tidak sekali JK melancarkan serangan kepada kubu Jokowi. Soal anggaran Kartu Pra Kerja misalnya, JK terang terangan mempertanyakan kemampuan fiskal pemerintah. Dia mengatakan program kartu pra kerja membutuhkan anggaran yang besar.

JK menyebut kebijakan itu hanya bisa diterapkan di negara maju, seperti Amerika, kanada, Australia, yang sudah mapan soal anggarannya. Namun di Indonesia, jelas tidak masuk akal dan tidak realistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun